Belajar Kehidupan dari Mang Ojo sang Pembajak Sawah




Belajar Kehidupan dari Mang Ojo sang Pembajak Sawah
Oleh: Agus Nana Nuryana*

Gambar mungkin berisi: 3 orang, orang tersenyum, luar ruangan dan alam
Memandangi mereka yang asik bermain lumpur, teringat masa berpuluh-puluh tahun yang lalu, dimana fase itu pernah dialami. Keceriaan dan kebahagiaan tampak dari wajah polos tak berdosa ketika mereka direstui untuk mengolah tanah walau kotor menyelimuti badan.
Diawal tampak raut keraguan untuk menginjakan kakinya di lumpur nan subur, karena mereka memang tak biasa melakukannya. Namun setelah beberapa saat keraguan itupun hilang ditelan lumpur dan mereka sangat menikmati momen langka itu.
Sayup terdengar teriakan mang Ojo yang melarang mereka bermain lumpur, 'awas nanti mama marah', teriak mang Ojo. Namun aku meyakinkan mang Ojo bahwa mama anak-anak ini tidak akan marah.
Beberapa saat terjadilah obrolan hangat dengan mang Ojo sambil memperhatikan anaknya yang sedang melanjutkan membajak sawah. Dia bilang sesekali memang anak-anak harus bermain lumpur untuk menguji daya tahan tubuhnya. Tanah walaupun secara lahiriah kotor, namun dapat menyehatkan, begitu tutur mang Ojo yang sudah puluhan tahun menekuni profesi sebagai tukang bajak Sawah.
Gambar mungkin berisi: satu orang atau lebih, luar ruangan dan alam

Dia menyampaikan bahwa kelima anaknya sering dibawa ke sawah dan bermain lumpur, mereka hampir jarang sakit atau di bawa ke dokter. Bahkan dia sendiri diusianya yang sudah separuh baya masih kuat dan Alhamdulillah diberikan kesehatan oleh Alloh swt.
Ketika ditanyakan kepadanya tentang tips sehatnya, mang Ojo berkata bahwa dalam hidup ini jalani saja apa adanya jangan terlalu muluk-muluk dalam menjalani kehidupan, anggap ringan dan nikmati saja juga yang paling penting harus selalu bersyukur atas apa yang kita dapatkan.

Gambar mungkin berisi: 3 orang, orang tersenyum, luar ruangan dan alam
Mencari kehidupan harus terus dilakukan selama kita masih bisa berupaya, lakukan apa saja yang penting halal, mang Ojo punya keyakinan bahwa Alloh swt. tidak akan menyia-nyiakan terhadap hamba-Nya yang selalu berupaya dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Sungguh keyakinan yang mungkin bagi sebagian orang tidak bisa dilakukan.
Menurut mang Ojo banyak orang yang hidupnya sudah sangat berkecukupan, namun dia tidak merasa puas dengan apa yang dimilikinya dan bahkan merasa tidak tenang dengan kehidupan yang melimpah ruah dengan harta. Begitulah kalau orang yang tidak bisa mensyukuri dengan apa yang dimilikinya, walaupun secara hitungan sudah lebih dari cukup, namun mereka masih resah dengan kehidupannya.

Sungguh pelajaran yang sangat bermakna yang didapat dari obrolan ringan dari seorang mang Ojo pembajak sawah yang selalu berupaya untuk mensyukuri apa yang ia dapatkan.

*Penulis juga aktif sebagai pegiat Literasi Madrasah dan saat ini mengelola sebuah komunitas yang bernama KALIMAH (Komunitas Aktivis Literasi Madrasah). Website KALIMAH bisa dikunjungi melalui http://www.gokalimah.com

Selain itu penulis juga tercatat sebagai anggota PERGUMAPI (Perkumpulan Guru Madrasah Penulis). Website PERGUMAPI bisa dikunjungi melalui http://www.pergumapi.or.id

Penulis juga aktif di komunitas Gumeulis (Guru Menulis) Tasikmalaya

Subscribe to receive free email updates:

4 Responses to "Belajar Kehidupan dari Mang Ojo sang Pembajak Sawah"

Senja hari

Hdjshdhdhrjdhbbdd

Pendidikan Karakter

Recent Posts