PANDEMI PINTU GERBANG LOW LEVEL GENERATION
Pandemi Pintu Gerbang Low Level Generation
Oleh: Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.*
Koleksi Pribadi |
Tahun ajaran baru 2021/2022 kembali harus dilaksanakan secara daring, setelah sebelumnya surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri Nomor O3/KB/2O2l, Nomor 384 TAHUN 2021, Nomor HK.O1.08/MENKDSl4242/2021, Nomor 440-717 TAHUN 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) telah bersepakat boleh dilakukannya pembelajaran tatap muka secara terbatas.
Angin segar ini telah diterima oleh berbagai kalangan dengan senang hati, mengingat selama kurang lebih 28 bulan kegiatan pembelajaran di sekolah/madrasah hanya boleh dilakukan secara daring terutama untuk daerah yang termasuk zona merah penyebaran virus covid-19.
Namun rasa suka cita ini harus kembali pupus seiring semakin bertambahnya penyebaran wabah covid-19 ini, sehingga pemerintah harus kembali menarik rem kebebasan masyarakat dalam melakukan interaksi sosial, kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat pun di berlakukan sehingga berimbas pada pembatalannya pembelajaran moda tatap muka.
Rasa sedih kembali menyelimuti, seluruh kalangan masyarakat sangat terpukul dengan situasi ini. Darurat kesehatan terjadi di mana-mana, rumah sakit tak mampu menampung dan mengobati orang yang terpapar virus covid-19 dalam jumlah sangat banyak, sehingga fokus pemerintah dan masyarakat saat ini adalah berupaya untuk menurunkan tingkat penularan virus yang disinyalir memiliki varian baru dan mudah menular.
Tahun ajaran baru biasanya pada hari pertama masuk sekolah/madrasah dihiasi dengan keceriaan peserta didik yang akan memulai aktifitas pembelajaran setelah menikmati libur panjang akhir tahun terasa bergema teriring semangat yang berkobar dalam diri setiap stakeholder sekolah/madrasah yang siap menyambutnya dengan riang gembira, saat ini hanya menjadi impian belaka.
Ruang-ruang kelas yang berdiri megah tak berpenghuni tampak hanya jadi pelengkap sunyinya lingkungan yang biasanya diisi gemuruh riang tawa anak-anak. Hanya suara burung dan binatang kecil lainnya yang sayup terdengar menempati atap-atap bangunan seolah menemukan sarang baru yang begitu luas dan bebas untuk mereka beranak pinak.
Fungsi sekolah/madrasah yang selama ini menjadi andalan para orang tua dalam memberikan tanggunggjawabnya untuk memberikan pendidikan yang berkualitas tak lagi bisa jadi jaminan. Ada diantara orang tua yang merasa putus asa karena merasa tak mapu memberikan pendidikan yang layak karena keterbatasannya memberikan bimbingan selama anak-anaknya melaksanakan pembelajaran dari rumah. Walaupun pada hakikatnya tanggungjawab pendidikan adalah tertumpu pada pundak-pundak mereka sebagai orang tuanya yang kelak di akhirat akan dipinta pertanggungjawaban.
Tak ada yang bisa menangkal situasi seperti ini oleh karena itu kita harus mampu dan mau menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi. Perubahan alam yang begitu dinamis menuntut manusia sebagai penghuninya juga berprilaku tak statis, mencari solusi terbaik untuk menghadapi situasi ini harus dilakukan. Walaupun kegiatan pembelajaran di sekolah/madrasah terhenti namun pendidikan terhadap anak tidak boleh berhenti, sebab kalau ini terjadi maka akan terjadi loss generation yang berkualitas sebagai penerus para manula yang tak lagi produktif mengelola alam semesta.
Pembelajaran yang dilaksanakan di rumah memberikan tanggungjawab besar pada orang tua dalam memberikan pendidikan karakter terhadap anak-anaknya, sebab waktu kebersamaan mereka sangat dominan dan bimbingan orang tua sangatlah penting dalam pembentukan karakter anak. Guru yang berada di sekolah hanya bisa mengarahkan dari jarak jauh dalam menyampaikan materi yang harus dikuasai yang sebenarnya bisa mereka dapatkan dengan mudah dari berbagai sumber seperti internet.
Anak-anak tidak boleh terlena dengan lamanya mereka berada di rumah, produktifitas harus terus dijalankan dalam upaya meningkatkan kualitas pengetahuan untuk memenuhi tantangan zaman yang semakin cepat berubah. Orang tua tidak boleh berpangku tangan mengahadpi situasi saat ini, sebab peran mereka dipertaruhkan dalam membentuk manusia berkualitas yang akan meneruskan kehidupan di masa yang akan datang.
Kesadaran secara kolektif harus mulai dilakukan dalam mengahadapi situasi ini, seluruh lapisan masyarakat harus merasa bertanggungjawab dalam upaya menyelamatkan generasi muda ini agar tidak terjadi low level generation. Berkurangnya kualitas pengetahuan manusia akan berpengaruh terhadap pengelolaan alam semesta ini, kerusakan bumi akan mudah terjadi jika para penghuninya tak memiliki bekal cukup dalam memanfaatkannya.
Kualitas manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikannya. Jika ilmu pengetahuan dan karakter baik hilang dari diri manusia maka ini adalah pintu awal sebuah kehancuran. Dalam waktu dekat bumi akan segera hancur dan tak bisa lagi digunakan oleh manusia sebagai tempat berpijak, artinya qiamat besar pun akan segera terjadi dan beralihlah kehidupan ke alam akhirat.
Sebagai manusia yang beriman kita sangat mempercayai bahwa kehidupan akhirat di tentukan oleh kehidupan dunia, baik di dunia maka begitupun di akhirat, dan sebaliknya jika di dunia tidak baik maka di akhiratpun kurang lebih sama. Nilai baik dan jelek seorang mansia ditentukan oleh ilmu yang dimilikinya, oleh karena itu sangat penting manusia memiliki ilmu dan karakter baik agar bisa membimbing kehidupannya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh sang Pencipta.
Semoga pandemi ini segera berakhir, sehingga kehidupan normal bisa kembali dijalani. Amin
*Tulisan ini pertama kali di muat pada harian umum Kabar Priangan edisi Senin, 13 Juli 2021 di rubrik Gumeulis
*Staf Pengajar di MTs Cijangkar Ciawi Tasikmalaya
*Penulis juga aktif sebagai pegiat Literasi Madrasah dan saat ini mengelola sebuah komunitas yang bernama KALIMAH (Komunitas Aktivis Literasi Madrasah). Website KALIMAH bisa dikunjungi melalui https://kalimahtasikmalaya.blogspot.com/
*Selain itu penulis juga tercatat sebagai anggota PERGUMAPI (Perkumpulan Guru Madrasah Penulis). Website PERGUMAPI bisa dikunjungi melalui http://www.pergumapi.or.id
*Penulis juga aktif di komunitas Gumeulis (Guru Menulis) Tasikmalaya
0 Response to "PANDEMI PINTU GERBANG LOW LEVEL GENERATION"
Post a Comment