KORELASI KURIKULUM CINTA KEMENAG DENGAN AJARAN KI HAJAR DEWANTARA

Membangun Pendidikan Berbasis Cinta:
Korelasi Kurikulum Cinta Kemenag dengan Ajaran Ki Hajar Dewantara

Oleh: Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.
Kepala MTsN 13 Tasikmalaya


Dalam dunia pendidikan, cinta bukan sekadar perasaan. Cinta merupakan sifat utama utama dalam membentuk generasi manusia yang berakhlak, cerdas, dan berdaya saing. Inilah motivasi yang diusung oleh Kementerian Agama Republik Indonesia melalui gagasan “Kurikulum Cinta”, yaitu sebuah pendekatan pendidikan yang akan dilaksanakan di madrasah dengan  menekankan kasih sayang, keteladanan, dan pembentukan karakter berdasarkan nilai-nilai ajaran agama Islam. Menariknya, gagasan ini ternyata memiliki korelasi yang kuat dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara, tokoh pelopor pendidikan nasional Indonesia yang juga sebagai pahlawan nasional.

Kurikulum Cinta adalah respon Kemenag terhadap tantangan pendidikan yang cenderung terfokus pada aspek akademik semata. Pendekatan ini mengajak guru dan peserta didik untuk membangun relasi yang penuh kasih sayang, di mana guru tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga pengasuh jiwa dan penanam nilai.

Dalam perspektif Islam, kasih sayang (rahmah) adalah nilai sentral dalam seluruh proses pendidikan. Rasulullah SAW diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam, dan hal ini menjadi pijakan utama bagaimana pendidik di madrasah seharusnya berperan. Melalui Kurikulum Cinta yang akan dilaksanakan, madrasah diarahkan menjadi ruang tumbuh yang nyaman dan membahagiakan, di mana peserta didik tumbuh menjadi insan yang utuh: cerdas, berakhlak mulia, dan berjiwa sosial.

Tidak hanya transmisi ilmu, Ki Hajar Dewantara mengajarkan bahwa pendidikan adalah sebagai sarana untuk memerdekakan dan memanusiakan manusia. Dengan semboyan yang sangat terkenal “Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani” ia menggambarkan peran pendidik sebagai sosok yang memberi keteladanan, membangun semangat, dan memberikan dukungan dari belakang.

Ki Hajar Dewantara berpandangan bahwa sejatinya pendidikan menyentuh tiga aspek utama manusia: cipta (intelektual), rasa (emosional), dan karsa (kemauan). Ia menekankan pentingnya pendidikan yang membebaskan, yang tidak menekan potensi peserta didik, tetapi justru menumbuhkannya.

Jika kita cermati secara mendalam, Kurikulum Cinta dan ajaran Ki Hajar Dewantara sejatinya berjalan seiring dalam satu visi besar: membentuk manusia yang utuh dan merdeka. Guru dalam Kurikulum Cinta memiliki peran signifikan bukan sekadar pemegang kekuasaan di kelas, melainkan pendamping jiwa anak-anak. Begitu pula dalam ajaran Ki Hajar Dewantara, guru adalah pemimpin moral dan pembimbing batin.

Keduanya menolak pendekatan pendidikan yang represif. Baik Kurikulum Cinta maupun filosofi Ki Hajar Dewantara mendorong hadirnya pendidikan yang humanis, kontekstual, dan membahagiakan.

Madrasah sebagai lembaga Pendidikan formal bercirikan Islam berkewajiban menjadi pelopor dalam implementasi Kurikulum Cinta. Guru-guru yang bertugas di madrasah bukan hanya pengajar pelajaran, tetapi juga pendidik karakter dan penjaga nilai. Melalui pendekatan penuh cinta, madrasah dapat menciptakan suasana belajar yang memanusiakan, memberdayakan, dan menumbuhkan harapan.

Madrasah harus menjadi tempat anak-anak merasa nyaman, dihargai, dan dicintai, bukan hanya karena prestasinya, tetapi karena mereka adalah manusia yang sedang tumbuh dan belajar. Di sinilah Kurikulum Cinta menjadi sangat relevan dan penting untuk kita internalisasi dalam seluruh aktivitas pendidikan.

Kurikulum Cinta Kemenag dan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara bukan dua hal yang terpisah, tetapi saling menyatu dalam satu semangat: membangun pendidikan yang memuliakan manusia dan menumbuhkan cinta. Sudah saatnya kita memperkuat komitmen untuk menghadirkan pendidikan yang memerdekakan akal, menyentuh hati, dan menumbuhkan karakter.

“Dengan cinta, pendidikan menjadi jalan untuk merangkul masa depan; bukan sekadar mencetak manusia pintar, tetapi manusia yang bijaksana.”


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KORELASI KURIKULUM CINTA KEMENAG DENGAN AJARAN KI HAJAR DEWANTARA"

Post a Comment

MENEKAN KORUPSI DARI HULU

Menekan Korupsi dari Hulu (Pendidikan Karakter dan Kesejahteraan Guru sebagai Solusi Jangka Panjang) Oleh: Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.* Kolek...

Pendidikan Karakter

Recent Posts