Semoga Gelisah ini Bisa Menular

Semoga Gelisah ini Bisa Menular

Oleh: Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.*

Dalam sebuah obrolan ringan dengan rekan sesama guru di ruang guru sambil melepas penat  setelah selesai melaksanakan tugas mengajar, teman saya menyampaikan kegelisahannya  tentang prilaku peserta didik di zaman sekarang yang sepertinya sudah tidak memiliki adab atau sopan santun dalam bergaul sehari-hari, baik kepada guru atau teman sebayanya di sekolah/madrasah. Sebetulnya kegelisahan serupa sudah sejak lama saya rasakan, ketika melihat fenomena yang terjadi terhadap prilaku peserta didik di sekolah/madrasah.

Dalam obrolan itu kami berdua sangat menghawatirkan tentang kehidupan di masa yang akan datang ketika anak-anak sekarang yang akan menggantikan generasi setelahnya namun memiliki karakter kurang baik, akan seperti apa tatanan kehidupan yang akan dijalani kalau manusia sudah tidak memiliki peradaban layaknya seorang manusia, yang terbayang dalam pikiran kami adalah sebuah kekacauan yang akan terjadi seperti layaknya kehidupan hewan yang tanpa aturan, kalau manusia hidup sudah tidak memperhatikan aturan, norma dan tatakrama dalam berprilaku apa jadinya kehidupan ini? Masih layakkah manusia diberikan tugas sebagai kholifah di muka bumi ini?

Sebagai pendidik atau praktisi pendidikan kami sangat mengkhawatirkan fenomena tersebut, sebagai rasa tanggung jawab moral dimana tugas seorang guru salah satunya adalah memanusiakan manusia, tentu jika manusia sudah tidak berlaku seperti layaknya manusia maka kami sebagai guru adalah pihak yang merasa paling bersalah dan juga pasti jadi tempat pelemparan kesalahan dari berbagai pihak atas kejadian tersebut. Tapi kami juga berpikir apakah semua guru memiliki kekhawatiran yang serupa seperti yang kami rasakan?

Dalam sebuah tulisan yang saya temukan di media sosial, saya pernah membaca bahwa guru-guru di negara-negara maju, disana dicontohkan adalah Australia, mereka lebih mengkhawatirkan para peserta didiknya tidak bisa antri ketimbang tidak bisa matematika. Mereka beralasan bahwa kalau peserta didik bisa antri maka mereka akan memiliki karakter baik, sebab dari prilaku antri ini peserta didik dilatih dan belajar untuk bersabar, menghargai orang lain, menghargai waktu, disiplin, tidak egois dan berbagai macam sifat baik lainnya. Sifat-sifat baik ini memerlukan waktu yang sangat panjang untuk melatihanya dan imbasnya akan dirasakan oleh peserta didik sepanjang hidupnya.

Sedangkan jika peserta didik tidak menguasai matematika itu tidak terlalu mengkhawatirkan, sebab kalau peserta didik mau bisa matematika maka dengan belajar intensif dalam hitungan hari maka mereka akan mampu menguasai matematika. Disisi lain dalam kehidupan sehari-hari tidak semua peserta didik nantinya akan menggunakan apa yang dipelajarinya waktu belajar di sekolah/madrasah, oleh karena itu perilaku antri lebih penting daripada menguasai matematika. Tulisan ini perlu pembuktian kebenarannya karena menuliskan sebuah kasus yang terjadi di sebuah negara.

Dalam tulisan yang lain, saya juga pernah membaca tentang prilaku ekstrem yang dilakukan para guru di Inggris yang berbondong-bondong mengundurkan diri dengan alasan bahwa mereka sudah tidak mampu mengendalikan peserta didiknya yang banyak melakukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan seharusnya yang dilakukan oleh manusia. Tulisan ini saya baca di media online dan juga tentu harus dibuktikan kebenarannya karena menuliskan kasus yang terjadi di sebuah negara.

Namun dari bacaan tadi sesungguhnya tidak ada yang salah kalau kita semua sepakat bahwa perilaku menyimpang atau karakter yang tidak baik dari peserta didik sudah terjadi diberbagai belahan dunia manapun dan ini tidak baik bagi tatanan kehidupan manusia dimanapun. Penyebab dari kejadian ini adalah karena perubahan peradaban manusia yang sangat besar dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan informasi yang menyebabkan perubahan prilaku manusia dalam berinteraksi sosial.

Kemajuan teknologi dan informasi yang terus selalu berkembang tidak bisa kita cegah dan bantah. Semua sendi kehidupan tidak bisa terlepas dari pengaruhnya, termasuk dunia pendidikan. Oleh karena itu seorang guru harus bisa mengimbangi perkembangan zaman ini dengan upaya menyesuaikan diri dan  berupaya untuk memberikan filter agar pengaruh kemajuan zaman tidak menggerus peradaban manusia yang beradab dalam berprilaku terhadap sesamanya.

Manusia adalah makluk yang diciptakan oleh Alloh swt. Dengan sangat sempurna dan berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Manusia juga adalah makhluk yang nanti akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat sebagai balasan kesanggupannya menjadi kholifah di muka bumi. Oleh karena itu manusia sepanjang hidupnya harus terus belajar agar mereka bisa mengolah bumi ini dengan baik untuk diambil kemanfaatnnya tanpa harus merusaknya. Kerusakan yang terjadi di muka bumi ini diakibatkan oleh sifat-sifat jelek yang menguasai diri manusia yang kemudian menjadi penyakit hati yang mempengaruhi jiwa dan raganya untuk berbuat maksiat dan menebar kerusakan di muka bumi.

Penyakit-penyakit hati ini akan bisa diperbaiki dengan pendidikan yang baik yang diberikan kepada manusia. Pendidikan yang baik ini sebenarnya menjadi tanggung jawab berbagai pihak untuk melakukannya bukan hanya tugas berat yang harus ditanggung oleh guru. Fenomena yang terjadi saat ini tentang banyaknya prilaku yang sudah menyimpang yang dilakukan oleh kebanyakan peserta didik seharusnya menjadi kegelisah semua pihak, orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah harus memiliki kepedulian yang sama atas merosotnya prilaku baik atau terjadinya degradasi moral yang saat ini terajdi pada masyarakat, sehingga semuanya bisa memikirkan solusi terbaik untuk menyelesaikannya.

Memang tidak mudah menangkal pengaruh global yang saat ini terjadi dan sudah masif masuk dalam berbagai sendi kehidupan, namun upaya untuk memfilter pengaruh jelek harus terus dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif yang terjadi. Semua pihak bisa berusaha sesuai dengan forsinya masing-masing, orangtua di rumah, guru di sekolah/madrasah dan masyarakat ikut juga andil di lingkungan mereka yang terkadang pengaruh lingkungan ini memberikan pengaruh paling besar dalam perubahan prilaku anak/peserta didik.

Tujuan pendidikan nasional menurut UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.” Melihat tujuan pendidikan nasional tersebut jelas bahwa tugas guru sebagai pendidik lebih dominan dibanding sebagai pengajar, guru dituntut untuk membentuk karakter peserta didik agar menjadi manusia Indonesia yang ‘paripurna’ yang dapat mengangkat harkat martabat diri dan negaranya.

Tujuan pendidikan nasional ini tidak bisa diwujudkan hanya oleh guru saja, sebab guru memiliki banyak keterbatasan, untuk mewujudkannya semua pihak harus terlibat sebagaimana yang sudah diuraikan sebelumnya. Negara kita memiliki tujuan pendidikan nasional seperti itu, karena memang kita semua menyadari bahwa negara ini akan tetap tegak berdiri kalau masyarakat yang menghuninya memiliki karakter yang baik dalam mengelola negara dan sebaliknya negara akan hancur jika dikelola oleh warganya yang tidak memiliki karakter baik.

Di lingkungan pendidikan formal guru adalah ujung tombak kemajuan dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, dan sering sekali bahwa keberhasilan pendidikan dilihat dari output yang dihasilkan dari institusi pendidikan walaupun sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi dari luar. Oleh karena itu guru harus memaksimalkan perannya dalam menjalankan di sekolah/madrasah. Mudah-mudahan gelisah ini bisa dirasakan oleh semua guru sebagai bentuk tanggung moral dalam upaya menyelamatkan bangsa ini sehingga bisa mendorong untuk diimplemtasikan dalam bentuk nyata dengan berbuat maksimal dalam mencetak generasi bangsa yang bermartabat. Amin

*ASN, Pengajar Matematika di MTs Cijangkar Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya, Pengurus PGM Indonesia Kecamatan Ciawi Kabupaten Tasikmalaya.

*Guru Matematika di MTs Cijangkar Ciawi dan Pembina ekskul Jurnalistik MTs Cijangkar, blog bisa dikunjungi http://www.jurnalistikmtscijangkar.blogspot.com

*Penulis juga aktif sebagai pegiat Literasi Madrasah dan saat ini mengelola sebuah komunitas yang bernama KALIMAH (Komunitas Aktivis Literasi Madrasah). Website KALIMAH bisa dikunjungi melalui http://www.gokalimah.com

*Selain itu penulis juga tercatat sebagai anggota PERGUMAPI (Perkumpulan Guru Madrasah Penulis). Website PERGUMAPI bisa dikunjungi melalui http://www.pergumapi.or.id

*Penulis juga aktif di komunitas Gumeulis (Guru Menulis) Tasikmalaya


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Semoga Gelisah ini Bisa Menular"

Post a Comment

Senja hari

Hdjshdhdhrjdhbbdd

Pendidikan Karakter

Recent Posts