PENDIDIKAN KARAKTER HARUS BERBASIS SURI TAULADAN

Pendidikan Karakter Harus Berbasiskan Suri Tauladan
Oleh: Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.*

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari qiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS, 33:21)
Petikan Arti ayat di atas sangatlah pantas kalau kita pelajari dan pahami maknanya secara mendalam. Sebagai umat Islam kita pasti tahu bagaimana Rosullulah Muhammad saw. berjuang dalam menyebarkan agama Allah swt. dengan bermodalkan suri tauladan yang selalu dia tonjolkan dalam gerakan dakwahnya.
Kita bisa melihat dan tidak meragukan lagi bagaimana hasil dari perjuangan Rosulullah saw. tersebut, kesuksesan yang didapatkannya sebagaian besar adalah bermodalkan suri tauladan yang dia perlihatkan kepada umatnya sebagai perwujudan atau aplikasi dari ajaran yang dia sampaikan. Sungguh proses penyampaian ilmu atau proses pendidikan yang dilakukan oleh Rosulullah saw. tersebut patut kita contoh dan pelajari, karena hal itu telah mendulang kesuksesan yang sangat besar dan berpengaruh dalam peradaban dunia.
Pendidikan karakter anak sangat penting dibangun sejak dini agar karakter tersebut bisa terus diterapkan dalam kehidupan dikemudian hari. Pembentukan karakter anak dimulai dari proses yang dia dapatkan melalui penglihatan, pendengaran dan mencontoh dari lingkungan dimana sehari-harinya anak itu berada.
Tanpa bimbingan yang tepat, maka hasil pencarian yang mereka dapatkan akan menjadi pembenaran, walaupun sesungguhnya yang mereka lakukan adalah salah. Oleh karena itu mereka harus ditempatkan di lingkungan yang baik agar mendapatkan contoh yang baik untuk mereka ambil dan laksanakan dikemudian hari.
Teladan yang baik sangat diperlukan oleh seorang anak dalam membangun karakter dirinya, cara berfikir polos yang mereka lakukan akan membentuk watak mereka sedikit demi sedikit yang akhirnya akan menjadi watak yang terus ada dalam dirinya sehingga membentuk karakter permanen yang ada dalam jiwa mereka. Kalau mereka mendapatkan contoh yang baik, maka mereka akan memiliki karakter baik, dan sebaliknya kalau mereka melihat contoh yang tidak baik maka karakter mereka juga akan tidak baik.
Memperhatikan sistem pendidikan di Jepang yang negaranya sudah maju, ternyata mereka sangat memperhatikan pendidikan karakter anak. Anak-anak usia sekolah dasar di Jepang tidak terlalu banyak dijejali oleh pelajaran yang menyulitkan, tetapi mereka diarahkan untuk membetuk karakter yang baik yang ada dalam diri mereka, sehingga kalau karakter mereka sudah baik maka akan tumbuh dalam diri mereka sikap yang baik dan mereka pun akan menyadari atas kemauannya sendiri tanpa ada paksaan akan pentingnya pendidikan.
Kesadaran inilah sesungguhnya yang membetuk pribadi anak menjadi manusia yang bermanfaat, sehingga mereka bisa menghasilkan sesuatu yang hebat demi kemajuan diri sendiri secara khusus dan kemajuan negaranya secara umum, dan itulah yang diharapkan oleh setiap negara dalam membangun pendidikan.
Kalau kita telaah keberhasilan pendidikan di negara tercinta ini sungguh masih banyak sekali ketertinggalannya dibandingkan dengan negara lain. Kenapa hal ini terjadi? Keterpurukan pendidikan di negara kita, mungkin diakibatkan oleh kurangnya berbagai faktor pendukung yang di butuhkan dalam setiap pelaksanaan proses pendidikan, tetapi kalau kita hanya menunggu ketersediaan semua kelengkapan pendidikan tersebut, kita tidak tahu kapan hal itu akan tercapai secara penuh, dan kalau tidak ada kreatifitas dari pelaksana pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan ini, boleh jadi pendidikan di negara ini akan semakin tertinggal dan akhirnya kita hanya bisa mengelus dada melihat keberhasilan yang dicapai oleh negara lain tanpa ada sesuatu yang bisa kita lakukan.
Bentuk kreatifitas yang patut di contoh oleh kita khususnya para guru sebagai salah satu pelaksana pendidikan yang secara langsung berhubungan dengan peserta didik di sekolah/madrasah adalah suatu cara yang dilakukan oleh Rosulullah saw. yaitu sifat suri tauladan yang di tonjolkan dalam proses penyampaian ilmu/mendidik. Sering kita (guru) berkata, peserta didik kita sulit dalam menerima pelajaran karena mereka belajarnya tidak sungguh-sungguh atau malas, padahal kalau kita telaah dan berintropeksi diri kita (guru) sebenarnya mungkin kita juga ikut-ikutan malas atau bahkan tidak ada semangat untuk mengajar dan mendidik anak-peserta didik kita.
Salah satu bentuk usaha yang harus dilakukan oleh seorang guru agar peserta didik mendapatkan kebermaknaan dalam belajar adalah dengan memberikan teladan yang baik, sebab seorang peserta didik akan merasa bahwa dia harus menghasilkan sesuatu dari sekolah/madrasah karena mereka semangat dalam usaha mendapatkan ilmu dari hasil penglihatan yang dicontohkan oleh gurunya.
Misalnya kalau seorang guru menyuruh kepada peserta didiknya agar rajin membaca, maka seorang pendidik harus juga rajin membaca, jangan hanya rajin menyuruh peserta didik saja. Atau salah satu contoh yang sangat ironis bagi seorang pendidik adalah ketika seorang pendidik menyuruh agar peserta didiknya tidak merokok padahal dia sendiri seorang pecandu atau bahkan ketika ia melarang peserta didiknya sambil dia asik menghisap rokok.
Hal seperti ini akan menghilangkan kepercayaan seorang peserta didik kepada pendidiknya, sehingga menyebabkan anak menjadi malas untuk menjalankan perintah atau saran (nasehat) yang dilontarkan oleh seorang pendidik. Kalau hal ini terjadi posisi seorang guru yang harusnya digugu dan ditiru oleh peserta didiknya tidak akan lagi terjadi yang dalam jangka panjang tidak akan bisa mendukung untuk ketercapaian tujuan pendidikan secara khusus. maupun secara umum
Paparan diatas dengan memberikan salah satu contoh yang sangat sederhana, yang mungkin harus kita jadikan penelitian dalam kegiatan pendidikan, sebab mungkin saja keberhasilan pendidikan di negara tercinta ini sangat jauh dari harapan, penyebabnya adalah karena hilangnya fungsi guru yang seharusnya menjadi panutan yang sebaliknya malah menjadi ‘cemoohan” peserta didik. Seorang pendidik (guru) tidak bisa menutup mata tentang hal ini, sebab mereka sangat tahu persis kondisi yang ada di lapangan.
Dengan berbagai dalih, sering terjadi seorang pendidik mengelak dan menolak ketidakberhasilan pendidikan berkaitan dengan peranan yang kurang optimal dari guru, alasan kurangnya kesejahteraan, ketidaktersediaan sarana dan prasaran yang mencukupi dan berbagai alasan lainnya sering kali terdengar dari mereka.
Memang berbagai alasan yang dilontarkan sesuai dengan keadaan namun dengan keikhlasan dan kesadaran dan sambil terus berusaha yang ditunjang dengan kreatifitas dengan cara memanfaatkan kondisi, peralatan dan hal-hal lain yang ada di sekitar kita, mungkin kita bisa lebih banyak memberikan hal yang bermakna bagi peserta didik kita secara khusus dan kepada negara tercinta secara umum, hal seperti inipun dicontohkan oleh nabi Muhammad saw. dalam menjalankan misi dakwahnya dan hasilnya kita tahu sangat spektakuler dan akui oleh tokoh-tokoh besar dunia sehingga menempatkan nabi Muhamad saw. dalam posisi pertama sebagai orang yang paling terpopuler di dunia.
Salah satu penunjang keberhasilan dari pendidikan adalah karena hubungan antara pendidik dan peserta didik terjalin secara baik, tidak ada prasangka negatif dari kedua belah pihak serta saling mendukung dalam menjalankan tugas masing-masing. Sebaiknya kondisi ini dilakukan oleh seorang pendidik yang memiliki peranan penting dan kekuasaan lebih banyak dalam proses belajar, sebab seorang peserta didik akan mengikuti sesuai dengan yang diinginkan oleh gurunya. Tapi apapun yang dilakukan peserta didik harus diusahakan atas dasar keinginan dan kesadaran dari dalam hati peserta didik itu sendiri, agar apapun yang dilakukannya menjadi bermakna dan menjadi suatu pelajaran yang sangat penting bagi peserta didik.
Penilaian sertifikasi kompetensi guru yang sudah dan sedang dijalankan saat ini seharusnya juga melampirkan penilaian peserta didik kepada pendidiknya, sebab keberhasilan pendidikan ini sangat ditunjang oleh hubungan yang sangat baik antara kedua komponen tersebut. Jika peserta didik memberikan penilaian yang baik terhadap seorang pendidik, maka itu menunjukan bahwa hubungan antar keduanya terjalin dengan baik, dan ini akan memberikan imbas yang positif bagi ketercapaian tujuan pendidikan.
 Semoga para pendidik di negara ini bisa menjadi suri tauladan yang baik bagi peserta didiknya, agar apa yang dicita-citakan oleh semua pihak yang tertuang dalam tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Amin

Artikel ini pertama kali diterbitkan di harian umum Kabar Priangan

*Guru Matematika di MTs Cijangkar Ciawi dan Pembina ekskul Jurnalistik MTs Cijangkar, blog bisa dikunjungi http://www.jurnalistikmtscijangkar.blogspot.com
*Penulis juga aktif sebagai pegiat Literasi Madrasah dan saat ini mengelola sebuah komunitas yang bernama KALIMAH (Komunitas Aktivis Literasi Madrasah). Website KALIMAH bisa dikunjungi melalui http://www.gokalimah.com
*Selain itu penulis juga tercatat sebagai anggota PERGUMAPI (Perkumpulan Guru Madrasah Penulis). Website PERGUMAPI bisa dikunjungi melalui http://www.pergumapi.or.id
*Penulis juga aktif di komunitas Gumeulis (Guru Menulis) Tasikmalaya

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PENDIDIKAN KARAKTER HARUS BERBASIS SURI TAULADAN"

Post a Comment

Senja hari

Hdjshdhdhrjdhbbdd

Pendidikan Karakter

Recent Posts