SEKOLAH BUKAN PENJARA
Sekolah Bukan Penjara
Oleh: Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.*
Sejatinya sekolah/madrasah adalah lembaga mulia yang oleh
seluruh stakeholdernya dijadikan tempat untuk menggali ilmu pengetahuan dan
pembentukan karakter. Namun sekolah/madrasah yang semestinya menjadi tempat favorit
untuk pengembangan ilmu pengetahuan, keberadaanya bagaikan
sebuah tempat yang kurang menyenangkan bagi sebagian mereka yang kesehariannya beraktifitas
di sana.
Betapa
tidak, ternyata sekolah/madrasah bukanlah tempat yang membuat betah untuk berlama-lama. Kalaupun mereka (peserta didik) datang,
sepertinya sebagian diantaranya hanya karena merasa
terpaksa, sehingga ketika sudah berada di lingkungan sekolah/madrasah mencari seribu alasan dan cara untuk bisa keluar lagi
dari lingkungan sekolah/madrasah.
Sering kita mendengar anak yang membolos, padahal waktu
di sekolah/madrasah masih lama. Sebagian lagi ada yang dari rumahnya
berangkat pakai seragam lengkap namun tidak sampai ke sekolah/madrasah. Bahkan untuk
mengelabui, mereka berani datang ke sekolah/madrasah hanya sampai pintu
gerbang, kemudian tidak masuk malah keluyuran di tempat umum dengan pakaian
seragam yang masih mereka kenakan.
Yang tak kalah memprihatinkan adalah peserta didik yang
membolos padahal sekolah/madrasah dijaga dengan ketat. Mereka berani 'kabur'
dengan cara memanjat benteng tinggi yang dilengkapi alat pelindung dari bahan
berbahaya yang sudah pasti tidak baik bagi keselamatan mereka kalau nekat bolos
dengan cara memanjat.
Sebegitu membosankankah yang namanya sekolah/madrash bagi
sebagian mereka? Sehingga berani mempertaruhkan keselamatan hanya sekedar untuk
bisa menghindarinya. Sekolah/madrasah bagaikan sebuah penjara yang membosankan,
tak banyak daya tarik yang bisa membuat sebagian mereka betah berlama-lama.
Padahal sekolah/madrasah seharusnya adalah tempat yang mereka pilih untuk
menghabiskan waktunya karena masa depan mereka sebagian ada di tempat yang mulia
tersebut.
Fenomena ini terjadi mungkin bukan tanpa sebab,
sekolah/madrasah yang semestinya memiliki daya tarik tak mampu mengalahkan para
pesaingnya yang memiliki magnet lebih kuat untuk menarik anak agar
meninggalkannya. Bahkan sekolah/madrasah sepertinya menjadi momok yang merampas
kebebasan mereka untuk beraktifitas dalam kesehariannya.
Beberapa faktor yang
menyebabkkan
sekolah/madrasah tidak menjadi pilihan anak untuk menghabiskan waktunya antara lain:
1.
Pengelolaan
sekolah/madrasah
Pengelolaan sekolah/madrasah merupakan suatu hal yang
sangat penting dalam menjalankan kegiatan pembelajaran. Komiten yang kuat dari
pengelola untuk menigkatkan kualitas merupakan kunci
utama agar kegiatan pempelajaran di sekolah menjadi menarik bagi seluruh
stakeholder yang ada di dalammya.
Pelayanan yang optimal terhadap peserta didik menjadi
suatu hal yang sangat penting agar keberadaan mereka merasa diakui. Konsep
terarah yang didukung sarana dan prasarana yang memadai, kenyamanan guru dalam
menjalankan tugasnya, merupakan modal yang cukup kuat untuk menarik peserta
didik agar betah berada di sekolah/madrasah.
2.
Kurikulum
sekolah/madrasah
Tuntutan kurikulum yang sangat banyak dengan berbagai
mata pelajaran yang harus dikuasai, membuat anak merasa tertekan dan terbebani
sehingga mereka tidak nyaman berada di sekolah/madrasah. Kurikulum nasional
yang diberlakukan secara serempak tanpa memperhatikan latar belakang serta
tingkat kemampuan anak, menjadi kurang efektif ditambah lagi sebagian besar guru juga belum faham sepenuhnya dalam
melaksanakan kurikulum tersebut.
Perubahan kurikulum secara konsep nyatanya belum bisa
membawa perubahan signifikan terhadap kemajuan pendidikan, karena dalam tataran
pelaksanaannya masih banyak guru yang mengajar dan mendidik dengan gaya lama
atau ‘warisan’ dari guru pendahulunya yang mungkin sudah kurang relevan dengan perubahan zaman
dan tuntutan kehidupan saat ini.
3.
Guru
Kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sangat
penting diperhatikan, sebab hal ini akan menentukan apakah peserta didik
tertarik atau tidak untuk mengikuti pembelajaran. Guru yang masuk ke kelasnya
asal-asalan tanpa mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk membantu
proses pembelajaran, cendrung membuat peserta didik menjadi bosan dan
memberikan respon negatif.
Literasi manusia yang dilakukan oleh guru juga menjadi faktor penting dalam
pembelajaran, guru harus memahami psikologi anak sehingga tidak salah dalam
memberikan perlakuan terhadap peserta didik. Guru yang tidak memahami anak
cenderung akan memaksakan kehendaknya tanpa memikirkan kebutuhan dan keinginan
anak dalam menjalani proses pembelajaran yang akhirnya menimbulkan konflik yang
membuat anak tidak merasa nyaman untuk mengikuti pembelajaran.
4.
Orang tua
Kewajiban mendidik anak sebetulnya yang paling utama adalah tanggung jawab
orang tua, selama ini banyak orang tua yang merasa
cukup menyerahkan urusan pendidikan anaknya kepada sekolah/madrasah tanpa ingin
tahu berbagai permasalahan yang dialami anaknya selama di sekolah/madrasah. Kurangnya perhatian orang tua kepada
anak membuat anak berani untuk melakukan apapun sekendaknya tanpa memikirkan
akibat yang mereka akan dapatkan.
Orang tua tidak cukup hanya memenuhi
materi yang dibutuhkan anak dalam menjalankan proses pembelajarannnya di
sekolah/madrasah, namun keterlibatan orang tua dalam perkembangan anak ketika
mengikuti proses pendidikan sangat diperlukan, sebab kebersamaan anak dengan orang tua waktunya lebih lama dibanding
keberadaaanya di sekolah/madarasah
5.
Motivasi anak
Motivasi menjadi salah satu faktor
penting dalam mengikuti proses pembelajaran, kurangnya motivasi menyebabkan
anak menjadi malas dalam mengikuti seluruh kegiatan di sekolah/madrasah. Motivasi
akan timbul jika anak merasa perlu terhadap suatu hal sehingga mereka dengan
sukarela dan penuh kesadaran akan melakukan aktifitas tersebut.
Rendahnya motivasi menyebabkan anak menjadi bosan dan jenuh ketika berada di sekolah/madrasah. Keinginan
yang tidak sesuai dengan kenyataan membuat penolakan yang kuat dan bahkan bisa
menjadi beban bagi mereka yang akhirnya mencari pelampiasan untuk memenuhi keinginannya walaupun terkadang harus
melakukan hal yang negatif.
6.
Lingkungan/masyarakat
Lingkungan merupakan faktor yang
paling besar memberikan pengaruh terhadap anak. Keengganan masyarakat terutama
lingkungan sekitar dalam membantu program sekolah/madrasah memberikan
kesempatan kepada anak untuk berprilaku negatif, misalnya kalau menemukan anak
berkeliaran di luar sekolah ketika sedang jam pelajaran, mereka tidak
memberikan peringatan, malah justru mereka senang karena anak tersebut jajan
atau main game di warnetnya.
Kepedulian masyarakat sangat
diperlukan dalam upaya mencegah prilaku negatif anak, jangan sampai karena
mengaharapkan keuntungan yang tak seberapa mengorbankan masa depan anak,
walaupun mungkin anak tersebut bukan anak kandungnya, namun masyarakt harus
punya pemahaman bahwa hal serupa juga tidak ingin menimpa terhadap anak
kandungnya sendiri.
Berbagai permasalahan yang terjadi di sekolah/madrasah
menyangkut perilaku anak semestinya menjadi tanggung jawab bersama semua
elemen, orangtua, masyarakat, lembaga pendidikan dan pemerintah. Permasalahan
ini tidak terlepas dari masih rendahnya pelayanan/kualitas pendidikan yang saat
ini sedang terjadi dalam sistem pendidikan kita, hal ini menuntut semua pihak
untuk bersama-sama meningkatkannya.
Memang tidak semua semua sekolah/madrasah yang
ada di negara kita secara lembaga masih rendah kualitasnya, terutama
sekolah/madrasah yang dikelola oleh masyarakat/swasta. Sekolah/madrasah
tersebut memberikan pelayanan yang optimal kepada peserta didik sehingga mereka
bisa menikmati proses pembelajaran dengan nyaman. Namun pelayanan prima yang
diberikan berbanding lurus dengan biaya yang dikeluarkan oleh orang tua kepada
pengelola, sehingga apa pun yang diinginkan peserta didik bisa dipenuhi dengan
baik.
Apabila pengelolaan sekolah/madrasah kurang memperhatikan
keinginan peserta didik, maka mereka
akan merasa bosan dan akhirnya akan berusaha untuk menghindarinya. Konsep
sekolah/madrasah yang ramah anak ataupun sekolah/madrasah yang menyenangkan
mungkin bisa menjadi pilihan pengelola untuk menerapkannya, konsep ini
mengupayakan agar peserta didik bisa nyaman dan betah berlama-lama tinggal di
sekolah/madrasah untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.
Untuk mewujudkan sekolah menyenangkan, dituntut kesiapan
stakeholder untuk memiliki komitmen menciptakannya, selain itu dukungan dari orang
tua, masyarakat dan pemerintah juga diperlukan untuk mengembangkan gerakan ini.
Di Indonesia saat ini sudah ada Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) yang digagas
oleh pemerhati dan praktisi pendidikan yang merupakan dosen Universitas Gajah
Mada (UGM) Jogyakarta.
Gerakan sekolah menyenangkan pada intinya adalah
bagaimana memperlakukan peserta didik sebagai manusia yang memiliki sifat
heterogen namun memiliki satu tujuan yang sama, sehingga keberadaan mereka di
sekolah/madrasah merasa diakui. Semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik
dicoba untuk digali dan dikembangkan secara maksimal. Membangun kesetaraan
antara peserta didik dengan guru sangat diperlukan untuk membangun hubungan
harmonis antar keduanya sehingga proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik.
Penulis sendiri sedang mempelajari bagaimana
mengembangkan GSM ini untuk bisa diterapkan di lembaga pendidikan tempat penulis
mengabdi. Untuk informasi tentang GSM bisa di dapat pada laman http://sekolahmenyenangkan.org atau FB: Gerakan Sekolah Menyenangkan atau melalui IG:
gsm_indonesia.
Artikel ini
pertama kali di muat di https://www.kompasiana.com/agusnuryana/5ce634c095760e704372e832/sekolah-bukan-penjara
*Guru Matematika di MTs Cijangkar Ciawi dan Pembina ekskul
Jurnalistik MTs Cijangkar, blog bisa dikunjungi http://www.jurnalistikmtscijangkar.blogspot.com
Penulis juga aktif mengelola blog pribadi bertema Pendidikan
Karakter dan dapat di kunjungi di http://www.agusnananuryana2.blogspot.com
*Penulis juga aktif sebagai pegiat Literasi Madrasah dan saat ini
mengelola sebuah komunitas yang bernama KALIMAH (Komunitas Aktivis Literasi
Madrasah). Website KALIMAH bisa dikunjungi melalui http://www.gokalimah.com
*Selain itu penulis juga tercatat sebagai anggota PERGUMAPI
(Perkumpulan Guru Madrasah Penulis). Website PERGUMAPI bisa dikunjungi melalui http://www.pergumapi.or.id
*Penulis juga aktif di komunitas Gumeulis (Guru Menulis) Tasikmalaya
0 Response to "SEKOLAH BUKAN PENJARA"
Post a Comment