JALAN REZEKI SEORANG TUKANG SOL SEPATU
Jalan Rezeki Seorang Tukang Sol Sepatu
Oleh: Agus Nana Nuryana*
Rute perjalanan pulangpun sudah direncanakan untuk
mengambil jarak terdekat, namun entah kenapa selama perjalanan kepikiran untuk
mencari rute yang belum pernah dilalui sebelumnya. Jalan yang masih asingpun dilalui
dengan hati bertanya-tanya, akan sampai ke mana ujung jalan ini sehingga nyambung
ke jalan yang dikenali agar bisa memilih alternatif jalan untuk menuju pulang
ke rumah.
Akhirnya tibalah di ujung jalan dan sepertinya nyambung
ke jalan yang pernah dilewati, walaupun
agak asing karena keluar dari jalur yang sebelumnnya tidak pernah dilalui,
sampai suatu saat ingat bahwa jalan ini pernah dilalui dan rutenya agak jauh
untuk menuju rumah. Terbesit dalam pikiran untuk berputar arah dan itupun
dilakukan, namun setelah berputar akhirnya pikiran berubah kembali untuk
melanjutkan dijalur yang awal.
Dalam perjalanan itu, dari jauh terlihat seorang
bapak dengan barang bawaan dalam pikulannya, dan setelah dekat ternyata dia
seorang tukang sol sepatu. Seketika teringat bahwa dalam tas yang digendong
terdapat sepatu yang ingin diperbaiki, namun belum sempat dilakukan. Tanpa berpikir
panjang untuk menyapa tukang sol tersebut dan memintanya untuk memperbaiki
sepatu.
Adalah pa Tedi seorang tukang sol sepatu
keliling yang setiap hari berjalan kurang
lebih 20 KM untuk mencari konsumennya. Saat itu
beliau sudah menuju perjalanan pulang karena waktu memang sudah menjelang sore
hari. Dengan semangat dan cekatan dia memenuhi permintaanku untuk memperbaiki sepatu
yang sebetulnya sudah lama dan hampir rusak namun lumayan masih bisa digunakan.
Menemani pak tedi bekerja, saya coba ajak ngobrol
sambil duduk pada kotak peralatan yang dibawanya. Setiap hari dia berangkat
dari rumah pukul 07.00 dan biasanya pulang ke rumah ketika menjelang pukul
17.00 atau kadang kalau adzan magrib sudah berkumandang. Awalnya pa Tedi
bekerja di pabrik sepatu yang ada di Bandung, namun karena pandemi covid-19
perusahaannya bangkrut dan dia terpaksa dirumahkan.
Bapak beranak
tiga ini setiap hari menyusuri jalan di sekitar
Desanya untuk mengais rezeki sebagai
penjual jasa sol sepatu keliling. Pendapatan
yang minim tidak mengurangi semangatnya untuk bekerja, walau sehari kadang
dapat Rp. 20.000,00 atau Rp. 30.000,00. Karena hanya dapat satu atau dua orang yang menggunakan jasanya. Namun dia mengatakan bahwa setiap
hari selalu ada yang memakai jasanya meski hanya satu orang.
Setiap hari pa Tedi berjalan tak pernah lelah, niat
ibadah mencari rezeki yang
halal manjadi semangat hidupnya, dalam boks peralatannya dia tidak lupa menyimpan kain sarung untuk
melaksanakan solat. Tetap sabar
menjalankan profesinya walaupun hasilnya pas-pasan atau bahkan kadang-kadang
kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya, prinsipnya yang
penting kita sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk berbuat, masalah hasil
tidak jadi soal, tergantung kita mengatur dan mensyukurinya.
Sebelum menjadi tukang sol keliling, pa Tedi pernah
mencoba untuk mangkal di suatu tempat menunggu konsumen datang menggunakan
jasanya, namun hal itu tidak lama dia lakukan karena merasa jemu dan kadang
mengantuk ketika menunggu, dia beralasan sepertinya tidak berusaha karena hanya
duduk saja, sehingga memutuskan untuk berkeliling saja mencari konsumen walaupun
ini dirasa lebih melelahkan, namun dia lebih senang melakukannya.
Dari pria 40 tahun ini banyak sekali pelajaran tentang
kehidupan dan terus terang saya sangat salut padanya yang tak pernah
menyesali perjalanan hidup,
malah selalu bersyukur atas apa yang dilakukannya walau pendapatan yang pas-pasan untuk makan dia dan keluarganya. Mengeluh bukanlah solusi atas apa yang kita hadapi, namun
berbuat semaksimal mungkin sekemampuan walau hasilnya sangat minim itu lebih
baik.
Uang Rp. 30.000,00 - Rp. 50.000,00 untuk
menghidupi keluarga dengan anggota sebanyak 5 orang secara hitungan lahiriah
akan jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, itupun kalau ada. Seandainya
tidak dapat uang dari mana dia akan memenuhi kebutuhannya? Namun Alloh maha
kuasa, dengan sifat rohman-Nya semua
kebutuhan makhluknya akan dipenuhi. Itulah yang dicari oleh pa Tedi si tukang
sol, yaitu keberkahan dari rezeki yang dia dapatkan, bukan besar atau kecilnya.
Waktu menunjukan pukul 14.30 ketika sepatu selesai
diperbaiki, dan sayapun bertanya berapa jasa yang harus saya berikan kepadanya,
dengan malu-malu dia sampaikan sejumlah uang harus saya bayarkan, dan dengan
senang hati saya memberikannya. Biasanya orang yang menyuruhnya akan bertanya
dulu berapa jasa yang harus dibayar untuk melakukan pekerjaanya dan terkadang juga
ada yang menawar sampai ada kesepakatan.
Pa Tedi sepertinya ingin segera pergi karena
perjalanan menuju rumahnya masih sangat jauh, dan harus berjalan kiloan meter
lagi, diapun meminta izin untuk berangkat duluan. Sungguh perjuangan sangat
berat yang harus dilakukan. Saya sendiri
memperkirakan perjalanan sampai rumah tidak akan setengah jam, itupun lebih
ringan karena menggunakan sepeda, pa Tedi harus berjalan kaki, belum lagi kalau
hujan turun, maka jam berapa dia akan sampai di rumahnya, dengan membawa hasil
yang tak seberapa menurut hitungan sebagian orang.
Nikmat mana lagi yang hendak kita dustakan, ketika
kita sudah diberikan kelapangan oleh Alloh swt. dengan limpahan rezeki dan kemudahan
dalam menjalankan berbagai katifitas sehari-hari. Maka tak pantaslah kita
banyak mengeluh, karena saudara kita ternyata ada yang lebih berat menjalani
keidupannya.
Selalu pandanglah ke atas untuk urusan akhirat dan
sebaliknya pandanglah ke bawah untuk segala urusan duniamu. Insya Alloh kita
akan menjadi orang yang selalu bersyukur atas segala yang diberikan oleh Alloh
swt.
*Selain itu penulis juga tercatat sebagai anggota PERGUMAPI (Perkumpulan Guru Madrasah Penulis). Website PERGUMAPI bisa dikunjungi melalui http://www.pergumapi.or.id
*Penulis juga aktif di komunitas Gumeulis (Guru Menulis) Tasikmalaya
Masyaallah Luar biasa
ReplyDelete