MEMAKNAI HARI GURU

Memaknai Hari Guru 
Oleh: Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.* 

*Guru Matematika di MTs Cijangkar Ciawi Tasikmalaya


Sejatinya guru adalah sebuah profesi yang mulia, betapa tidak guru adalah seorang yang telah memberikan jalan kepada orang lain untuk berkembang dalam menjalani hidupnya, bisa dibayangkan jika seseorang tidak pernah memiliki guru dalam kehidupannya, mungkinkah dia bisa melanjutkan kehidupan? 

Profesi guru memang tidak terbatas pada lembaga formal saja, semua orang bisa menjadi guru, karena pada hakikatnya manusia semuanya adalah pembelajar, tidak pantas kalau manusia berhenti belajar karena dia menyandang status seorang guru misalnya. 

Guru yang secara formal bertugas di lembaga-lembaga formal memang memiliki tanggung jawab khusus dalam mengerjakan tugasnya sehari-hari, karena itu adalah tuntutan profesi yang menjadi konsekuensi dari kesanggupan seseorang menjadi guru. 

Menjadi guru di lembaga formal tidak semudah yang dibayangkan, banyak sekali tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Oleh karena itu seorang guru semestinya tidak menganggap enteng dan mudah akan pekerjaannya, sebab guru menjadi ujung tombak dari keberhasilan pendidikan.

Tugas yang berat yang disandang oleh seorang guru semestinya disikapi dengan arif oleh setiap guru. Mereka harus memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan, oleh karenanya guru harus selalu bisa mengaktualkan diri mengikuti perkembangan zaman agar mereka bisa terus diterima oleh lingkungannya terutama dilingkungan pendidikan. 

Tidak jarang kita mendengar cibiran atau pujian bagi seseorang yang memiliki profesi sebagai guru, hal ini wajar terjadi karena setiap profesi pasti ada yang suka dan tidak. Bagi yang suka akan membela mati-matian dan begitupun yang tidak suka maka akan menghancurkan mati-matian pula. 

Oleh karena itu maka seorang guru harus bisa memantaskan diri agar bisa diterima oleh orang lain dengan profesinya sebagai guru. Tidak salah kalau seorang guru sering mengintrospeksi dirinya sendiri untuk meningkatkan kemampuan dan pelayanan kepada masyarakat sebagai 'penerima jasa' dari seorang guru. 

Kritik yang dilontarkan orang lain mestinya menjadi cambuk dan penyemangat untuk meningkatkan kompetensinya sebagai guru. Pengakuan pemerintah terhadap profesi guru saat ini sudah meningkatkan harkat dan martabat guru dihadapan masyarakat, kalau dulu guru adalah profesi yang dianggap sebelah mata, maka sekarang menjadi guru menjadi rebutan banyak orang sehingga ini bisa meningkatkan semangat para guru bahwa jadi guru tidak bisa dijalani dengan asal-asalan, namun harus memiliki kompetensi yang betul-betul bisa menjalankan tugasnya sebagai guru. 

Guru zaman sekarang memiliki tantangan yang lebih berat dibanding guru zaman dulu, kalau dulu profesi guru dipandang sebagai profesi yang mudah sehingga menjadi guru adalah pelampiasan karena tidak mendapatkan pekerjaan yang lain, maka saat ini hal itu tidak lagi berlaku. 

Guru harus bisa menghilangkan stigma negatif yang melekat kepada seorang guru yang sudah sejak lama didengar dan dirasakan. Beberapa stigma buruk yang masih melekat pada seorang guru adalah pandangan negatif terhadap guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari. 

Beberapa stigma yang dilekatkan terhadap guru yang dipandang sebagai sifat negatif guru antara lain adalah: 1. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran 
2. Melaksanakan pembelajaran tanpa perencanaan 
3. Menunggu peserta didik berprilaku negatif 
4. Menggunakan destruktif disiplin 
5. Mengabaikan perbedaan peserta didik 
6. Merasa diri paling pintar 
7. Diskriminatif 
8. Memaksa hak peserta didik 
9. Melakukan evaluasi tidak berkesinambungan 
(E. Mulyasa) 

Sifat-sifat negatif yang sudah disebutkan di atas semestinya menjadi bahan pemikiran bagi para guru untuk ditinggalkan dan bisa mengubahnya menjadi lebih baik agar profesionalitas guru bisa terlaksana dengan baik yang akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi guru. 

Selain sifat-sifat negatif yang dimiliki oleh guru seperti yang telah diuraikan tadi, stigma negatif yang diarahkan terhadap guru adalah bahwa guru memiliki beberapa penyakit akut yang sulit disembuhkan yang terkadang ini juga menjadi guyonan tetapi juga mungkin ada benarnya. 

Beberapa penyakit mental yang harus disembuhkan oleh para guru antara lain: 
1. Virus EBOLA (Enggan Belajar Otaknya Lamban) 
2. TBC (Tidak Bisa Computer) 
3. Kurap (Kurang Aplikatif) 
4. Kudis (Kurang Disiplin) 
5. Asma (Asal Masuk) 
6. Hipertensi (Hiruk Persoalkan Tentang Sertifikasi) 
7. Mual (Mutu Ujian Amat Lemah) 
8. Asam Urat (Asal Selesai Mengajar, Materi Usang Kurang Akurat) 
9. Kram (Kurang Terampil) 
10. Gatal (Galau Tanpa Alasan) 
11. Tipus (Tidak Punya Selera) 
12. Koreng (Kurang Objektif, Ribet, Enggan Bertanggung jawab) 
13. Virus SMS (Susah Melihat Orang Lain Senang) 
14. Lesu (Lemah Sumber) 
15. Liper (Lemah Ilmu Pengetahuan, Empati Rendah) 
17. Diabetes (Dihadapan Anak Bekerja Tidak Serius) 
(E. Mulyasa) 

Terlepas dari stigma negatif yang banyak ditujukan kepada guru, kenyataannya peran guru tidak bisa digantikan dengan apapun, bahkan oleh teknologi secanggih apapun. Kalaupun stigma itu ada, semestinya itu bisa dijadikan penyemangat para guru untuk bisa memperbaikinya. 

 Setiap profesi yang dijalankan oleh seseorang pasti ada kekurangan dan kelebihan dari para pelakunya, oleh karena itu guru harus bisa memposisikan diri sebagai manusia pembelajar yang tidak pernah berhenti untuk terus meningkatkan kualitas diri dengan cara menggali informasi dari berbagai sumber yang dapat membantu dan meningkatkan literasi yang berkaitan dengan profesi yang dijalani. Apalagi di zaman globalisasi seperti saat ini, yang orang menyebutnya dengan era revolusi industri 4.0 dimana perkembangan teknologi canggih yang sudah merambah ke berbagai bidang dan tidak ada seorangpun yang dapat membantahnya, maka guru pun harus mengimbanginya dengan meningkatkan kemampuan dalam penguasaan teknologi. 

 Tak ada manusia yang sempurna yang bisa melakukan segala-galanya dengan baik, mesti ada kekurangan yang didapatkan dalam diri setiap insan, namun kekurangan itu bisa diisi dengan belajar agar kekurangan tersebut bisa diantisipasi. 

 Tak ada gading yang tak retak, manusia hanya bisa berusaha, masalah hasil urusan Alloh yang menentukan. 

Jangan berhenti untuk belajar, karena dengan ilmu kita akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat 

SELAMAT HARI GURU 25 November 2018 

 #Banggamenjadiguru #Bahagiamenjadiguru #...#

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "MEMAKNAI HARI GURU"

Post a Comment

Senja hari

Hdjshdhdhrjdhbbdd

Pendidikan Karakter

Recent Posts