PORSI MENDIDIK LEBIH BESAR DARIPADA MENGAJAR
Porsi
Mendidik Lebih Besar daripada Mengajar
Oleh:
Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.
“Imam Safi’i pernah di tanya, bagaimana cara engkau mencari budi pekerti? Beliau menjawab: Aku mencarinya ibarat seorang perempuan yang kehilangan anaknya, kemudian ia mencarinya. Sementara ia tidak mempunyai orang lain selain anak itu”
Dunia
pendidikan saat ini semakin berkembang, perubahan kurikulum yang hampir rutin
terjadi dalam rentang waktu tertentu memberikan isyarat bahwa pelaksanaan
proses pembelajaran/pendidikan perlu penyesuaian yang didasarkan pada kebutuhan
atau tuntutan zaman yang sedang berlangsung.
Manusia
sebagai objek dalam proses pendidikan pasti akan mengalami perubahan dalam
setiap fase kehidupan. Perubahan ini tidak terlepas dari perkembangan zaman
yang selalu dinamis, sehingga menuntut perubahan peradaban kehidupan. Kebutuhan
beberapa tahun silam mungkin sudah tidak relevan dengan kebutuhan masa kini.
Manusia
sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna dituntut untuk memiliki bekal dalam
mengelola kehidupannya, hal ini terkait dengan besarnya tanggung jawab yang
harus dipikul, oleh karena itu manusia harus belajar untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan sebagai tuntunan dalam menjalani kehidupan di duniai maupun di
akhirat.
Tanggung jawab yang besar ini
menuntut manusia untuk mau belajar sepanjang hayat. Tidak ada batasan manusia
untuk belajar. Kata-kata mutiara orang Arab menjelaskan tentang belajar yaitu “Tuntutlah
ilmu dari mulai buaian (bayi) hingga liang lahat”. Kata-kata Mutiara ini
menegaskan bahwa manusia sangat penting untuk menuntut ilmu pengetahuan selama
masih bernapas.
Dalam proses
pencarian ilmu pengetahuan, manusia bisa melakukannya dengan berbagai cara.
Sumber ilmu bisa mereka dapatkan dari lembaga formal, informal maupun non
formal. Ilmu bisa didapatkan dari mana saja, dengan siapa saja kapanpun mereka
mencarinya.
Lembaga formal merupakan bagian
yang sangat penting dalam proses pendidikan. Sebagai makhluk yang beradab,
manusia harus merancang semua aktifitas dengan penuh pertimbangan agar bisa
mendapatkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu lembaga pendidikan formal
memiliki peran penting dalam proses pendidikan untuk memberikan layanan yang
optimal dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pencarian ilmu,
manusia membutuhkan seorang guru yang akan membimbing dan menfasilitasinya.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan hasil pendidikan,
karena peserta didik masih banyak memerlukan informasi dan bimbingan yang sebagian
besarnya akan tergantung pada guru, sehingga ilmu pengetahunan yang dibutuhkan
dapat tercapai.
Saat ini sumber ilmu pengetahuan
bisa didapatkan tidak hanya melalui guru yang berwujud manusia. Para pencari
informasi bisa mengakses berbagai macam media yang menyediakan berbagai macam ilmu
pengetahuan yang dibutuhkan, sehingga saat ini dikenal adanya istilah “guru
mesin”. Dari mesin inilah manusia bisa mendapatkan berbagai macam informasi
tanpa terbatas ruang dan waktu, beda dengan guru manusia yang masih banyak
sekali keterbatasannya.
Dalam
undang-undang nomor 14 tahun 2005 dijelaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.
Di zaman modern
seperti saat ini peran guru sebagai pengajar mungkin sudah banyak yang bisa
menggantikan. Melalui perkembangan teknologi yang cepat dan pesat, para peserta
didik bisa dengan mudah mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan
sebelum disampaikan oleh gurunya di sekolah/madrasah. Proses transfer ilmu
semacam ini mungkin lebih efektif. Jika seorang guru bekerja hanya sebatas
menyampaikan pengetahuan, maka perannya dengan mudah bisa digantikan dengan
mesin yang super canggih.
Namun perlu diingat bahwa tugas
guru bukan hanya mengajar, namun saat ini yang lebih penting adalah membimbing
dan mendidik. Manusia tidak hanya cukup dibekali dengan ilmu pengetahuan, sebab
manusia yang pintar dengan ilmu pengetahuan belum tentu bisa memberikan manfaat
bagi kehidupan, bahkan bisa jadi menjadi sumber kemadaratan atau kehancuran.
Manusia yang bertugas di muka bumi
sebagai kholifah harus juga dibekali dengan budi pekekrti atau karakter
yang baik. Manusia yang pintar dengan ilmu pengetahuan tapi tidak memiliki
karakter yang baik, bisa menjadi sumber kehancuran yang membawa malapetaka
dalam kehidupan.
Hal ini telah ditegaskan oleh
Alloh swt. dalam Al-Quran surat Ar Ruum ayat 41
yang artinya “Telah nampak kerusakan di darat
dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Kerusakan ini dilakukan oleh
manusia yang suka maksiat dengan kata lain tidak memiliki karakter yang tidak
baik.
Pembentukan
karakter baik ini tidak bisa dilakukan oleh guru mesin, namun hal ini hanya
bisa dilakukan oleh guru manusia. Oleh karena itu peran guru di
sekolah/madrasah harus melebihkan porsinya untuk pembentukan karakter melalui upaya
pembimbingan. Sedangkan alam perannya sebagai penyampai ilmu pengetahuan guru
cukup sebagai fasilitator agar peserta didik tidak melenceng dalam mencari ilmu
pengetahuan yang sudah ditetapkan dalam kurikulum.
Proses pendidikan
atau pembimbingan ini harus dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang.
Seorang guru harus menjadi contoh yang baik atau suri tauladan bagi para
muridnya, sebab pendidikan karakter tidak cukup hanya disampaikan sebagai
pengetahuan saja, tetapi harus dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, hal
ini memerlukan proses yang panjang dan terus menerus agar bisa masuk ke dalam
jiwa para peserta didik dan menjadi kebiasaan baik yang mereka lakukan selama
hidupnya.
Selain itu guru juga
harus melek terhadap perkembangan Teknologi Informmasi dan Komunikasi (TIK).
Guru diharapkan bisa menangkal akibat negatif dari TIK yang sudah tidak bisa
lepas dari kehidupan manusia saat ini. Fokus guru saat ini harus lebih
konsentrasi terhadap pembentukan akhlak dan budi pekerti peserta didik, sebab
tugas guru bukan hanya membuat anak menjadi pintar, tetapi juga mempersiapkan
manusia agar menjadi bijaksana.
Di masa depan ketika
dunia ini semakin tua dan banyak kerusakan di berbagai bidang, saat itulah
dibutuhkan manusia yang bijak untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan.
Sehingga orang bijak jauh lebih penting daripada orang yang pintar. Namun orang
pintar yang bijak itu sangat diharapkan, dan tugas besar ini sebagaiannya
dipikul oleh pundak para guru.
Semoga para guru
diberikan kekuatan untuk bisa menjalankan tugas berat ini, guru pintar dan
bijaksana akan menghasilkan siswa yang memiliki karakter baik. Oleh karena itu
mulailah dari sekarang untuk mengubah mainset bahwa membentuk karakter
baik jauh lebih penting ketimbang membuat anak pintar.
*Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 13
Tasikmalaya
0 Response to "PORSI MENDIDIK LEBIH BESAR DARIPADA MENGAJAR"
Post a Comment