Berani Bertanya Berkah Kemudian
Berani Bertanya Berkah Kemudian!
Oleh: Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.*
Ketika naik
kendaraan umum (bus), kebanyakan dari kita biasa mencari tempat yang kosong
tanpa ada penumpang lain di kursi sebelahnya. Entah kenapa kita sering melakukannya, padahal bisa
saja dalam perjalanan yang berjam-jam itu kita bisa mendapatkan ‘manfaat’ dari
orang lain yang duduk di sebelah kita.
Kendaraan umum terutama
jarak jauh kalau bukan hari libur memang kebanyakan kosong, karena sebagian
masyarakat kita lebih nyaman membawa kendaraan sendiri, padahal mungkin lebih
efisien kalau menggunakannya. Gaya hidup mungkin juga mempengaruhi, karena
salah satu ciri orang yang berhasil dari segi ekonomi di negara kita adalah
dimilikinya sejumlah kendaraan pribadi untuk menunjukan status sosialnya.
Di negara maju
terutama di perkotaan jarang masyarakatnya menggunakan kendaraan pribadi,
karena kebutuhan mobilitas mereka sudah terpenuhi dengan nyaman menggunakan
kendaraan umum, selain kebijakan kepemilikan kendaraan yang super ketat dan
super mahal. Entahlah
bangsa kita konon katanya masih dalam tahap negara berkembang bahkan cenderung
miskin karena banyak utang dan kurang mampu mengelola sumber daya alam yang
berlimpah, namun perilaku masyarakatnya cenderung hidup kurang efisien.
Apakah kita terlena
dengan berbagai kesenangan dan kenikmatan karena kebutuhan pokok sudah cukup
terpenuhi oleh suburnya alam yang dapat menyediakan apapun yang dibutuhkan dan
dapat langsung di manfaatkan, tanpa ada upaya untuk mengembangkannya sehingga
menjadi barang yang bernilai dan berdaya jual tinggi.
Sepertinya
karakter untuk maju harus ditanamkan dalam setiap diri kita dengan upaya dari
hal-hal yang kecil. Kecintaan kita pada sesama akan melahirkan kolaborasi
kehidupan yang dahsyat untuk bisa saling menopang. Kendaraan umum menjadi salah
satu media yang dapat mempersatukan masyarakat, interaksi yang terjadi bisa
mendatangkan sesuatu yang bernilai dalam kehidupan. Sikap saling menghargai,
saling membantu, saling memperhatikan dan sikap-sikap sosial lainnya akan teruji
penerapannya dalam aktifitas tersebut.
Pendidikan
karakter yang selama ini diajarkan di sekolah/madrasah yang baru sebatas
verbal/pengetahuan bisa dilaksanakan oleh para peserta didik diluar sekolah
seperti di kendaraan umum tersebut, sehingga karakter mereka akan terasah
sesuai pengalaman nyata yang mereka lakukan dalam kehidupan bersosial
sehari-hari.
Kehidupan
individualis yang selama ini dianut oleh negara-negara ‘maju’ nyatanya tidak
membuat lebih baik kehidupan warganya, masalah-masalah sosial menjadi ancaman
kehancurannya, sehingga untuk mengembalikannya mereka memperbaiki hubungan sosial
antar warganya. Revolusi industri 4.0 yang dicetuskan oleh negara-negara ‘maju’
menuntut beberapa kecakapan manusia yang harus dikuasai yang diantaranya adalah
kecakapan berkolaborasi. Tuntutan ini tentunya tidak bisa dilakukan sendirian,
namun berkaitan dengan hubungan sesama manusia.
Sebenarnya
kolaborasi merupakan salah satu ciri warga negara Indonesia melalui kegiatan
gotong royong yang biasa dilakukan di masyarakat, namun seiring kemajuan zaman
kebiasaan tersebut mulai luntur, entah karena kita ikut-ikutan budaya orang
lain yang nyatanya mereka sendiri sudah mulai ‘meninggalkannya’. Budaya
Indonesia yang tidak terlepas dari ajaran agama mengarahkan warga untuk bisa
hidup rukun bermasyarakat, karena pada intinya seorang manusia sebagai makhluk sosial
tidak bisa hidup sendiri.
Dalam ajaran
agama Islam lewat sabda Rosululloh saw. menyampaikan bahwa ‘sebaik-baik manusia
adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya’. Hal ini menunjuka bahwa hubungan sesama
manusia sangat penting, oleh karena itu sebagai umat beragama seorang manusia
harus membina hubungan baik (cinta) dengan Tuhannya dan sekaligus menjalin
hubungan baik (cinta) dengan sesama manusia.
Cinta, dengan
universitasnya, adalah anugerah yang mesti disyukuri. Cinta adalah tenaga luar
biasa yang telah menggerakkan manusia disepanjang alur sejarah manusia dengan
dirinya, dengan orang lain, dengan alam raya, dan terutama dengan Tuhannya.
Kehadiran cinta selalu dibutuhkan untuk mengawal dan mendampingi, mengarahkan
dan meluruskan. Cinta dihadirkan agar kebencian dibenci, permusuhan dimusuhi,
dan peperangan diperangi. (by Ahyan Hairu)
Jadi Beranikah kita
bertanya pada orang asing yang duduk disamping kita dalam kendaraan umum?
*Penulis juga aktif sebagai pegiat Literasi Madrasah dan saat ini
mengelola sebuah komunitas yang bernama KALIMAH (Komunitas Aktivis Literasi
Madrasah). Website KALIMAH bisa dikunjungi melalui http://www.gokalimah.com
Selain itu penulis juga tercatat sebagai anggota PERGUMAPI
(Perkumpulan Guru Madrasah Penulis). Website PERGUMAPI bisa dikunjungi melalui http://www.pergumapi.or.id
Penulis juga aktif di komunitas Gumeulis (Guru Menulis)
Tasikmalaya
0 Response to "Berani Bertanya Berkah Kemudian"
Post a Comment