ANGIN SEGAR VCT BATCH 6 DITENGAH PANDEMI COVID-19
Angin Segar VCT Batch 6 Ditengah
Pandemi Covid-19
Oleh:
Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.*
Ditengah
pandemi covid-19 dimana pemerintah mengeluarkan kebijakan social dan physical
distancing, Virtual Coordinator
Indonesia (VCI) kembali menggelar pelatihan bertajuk Virtual Coordinator
Training
(VCT), pelakasanaan VCT saat ini sudah memasuki batch 6 yang dilakukan serentak di seluruh Indonesia. Kegiatan yang
digelar atas prakarsa Dr. Gatot Hari Prowirjanto sebagai Koordinator SEAMEO
Indonesia Centre
Coordinator (SEA
ICC) diikuti
berbagai kalangan terutama para guru yang bersemangat dan secara sukarela
mengikuti kegitan ini.
Dari
penyelenggaraan batch 1 sampai batch 6 peserta yang mengikuti cenderung
bertambah dan yang berhasil sampai menyelesaikan pelatihan pun jumlahnya makin
banyak. Di Jawa Barat sendiri VCT batch
6 ini peserta yang mendaftar sebanyak
3131 orang dari seluruh kabupaten dan kota yang ada di Jawa Barat, kebanyakan peserta berprofesi sebagai guru dari
berbagai jenjang mulai TK sederajat sampai SMA sederajat.
Perkembangan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mau tidak mau semua aspek kehidupan
harus menerima imbasnya, pemanfaatan TIK harus dilakukan untuk membantu
menyelesaikan pekerjaan di tengah persaingan yang serba ketat dan cepat.
Penggunaan TIK menjadi pilihan yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan ini,
karena pemanfaatan TIK lebih efektif, efisien tanpa terbatas ruang dan waktu.
Salah
satu bidang kehidupan yang merasakan imbasanya adalah dunia pendidikan, penguasaan
TIK oleh para guru saat ini mutlak diperlukan untuk membantu menyelesaikan
pekerjaannya sebagai pendidik ditengah
penyebaran covid-19, karena Proses Belajar Mengajar (PBM) dilakukan secara
daring. PBM yang dilaksanakan secara daring memerlukan sarana dan prasarana
berbasis TIK yang didukung oleh koneksi internet.
Pelaksanaan
VCT batch 6 disaat pandemi covid-19
terjadi, sangat membantu para guru dalam upaya menguasai TIK untuk digunakan dalam melaksanakan pembelajaran secara
daring, karena dalam VCT para peserta diberikan skill set dasar dalam penguasaan TIK yang nantinya bisa dikembangkan
secara outodidak oleh peserta atau
dengan cara berdiskusi dengan tutor sebaya sesama peserta dan saling berbagi ilmu serta saling membantu dalam menyelesaikan
penugasan.
Sebelum
dilakukan penugasan para peserta diberikan pembekalan materi dan pemahaman tentang
VCT sebagai modal awal pengetahuan yang harus dikembangkan ketika melakukan
penugasan sampai selesai mengisi kantong tugas yang semuanya dilakukan secara
daring. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan dibimbing oleh para
instruktur serta diharuskan mengerjakan tugas tanpa bertemu secara langsung dan
cukup menggunakan media sosial untuk berkomunikasi.
Lihat juga: Belajar dari Covid-19
Penulis
sendiri yang pada penyenggaraan VCT batch
6 ini bertindak sebagai instruktur setelah melewati proses pelatihan sebagai syarat
kecakapan, merasakan sendiri manfaat dari penyelenggaraan pelatihan ini. VCT
merupakan pintu gerbang untuk membuka wawasan dalam berbagai bidang ilmu. TIK
sebagai dasar pengetahuan menjadi
media untuk
mendapatkan ilmu-ilmu lainnya yang sangat bermanfaat bagi peningkatan
kompetensi peserta yang bekerja di bidangnya masing-masing.
Para peserta berbagi ilmu pengetahuan
ketika bertugas menjadi presenter untuk memenuhi salah satu tugas yang harus
dikerjakan, mereka saling bantu dalam tim kecil untuk menyelesaikan berbagai
masalah yang mereka temukan ketika mengerjakan tugas. Selama mendampingi para
peserta menyelesaikan penugasan penulis sebagai instruktur menemukan beberapa pelajaran
yang sangat bermanfaat.
Sebelum
pelatihan di mulai peserta dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan sudah
diberitahu lewat grup diskusi di media sosial bahwa mereka adalah peserta VCT yang mendaftar melalui link pendafataran
yang disebar oleh panitia melalui media sosial. Diawal pelaksaan VCT, peserta dengan beragam profesi dan latar
belakang mulai terlihat motivasinya
mengikuti pelatihan, diantara mereka ada yang sungguh-sunguh mengikuti kegitan,
ada yang biasa saja, bahkan ada yang acuh tak acuh tanpa memperdulikan
Selama
dua hari pemaparan materi skill set
yang harus dikuasai, tidak semua peserta bisa mengikuti kegiatan yang dilakukan
secara daring melalui teleconference.
Ketika ditanya alasan, beragam jawaban yang mereka sampaikan antara lain: tidak
tahu, sibuk dengan kegitan lain, tidak memiliki quota dan sebagian ada yang
sengaja tidak ikut karena memang tidak berniat mengikuti pelatihan karena pada
saat mendaftar hanya ikut-ikutan teman tanpa mengetahui tujuannya.
Lihat juga: Covid-19 Pintu Gerbang Peradaban Baru
Begitu
pun ketika masa peserta harus melaksanakan penugasan, maka seleksi alam mulai
berlaku, dari 22 peserta yang saya bimbing hanya tujuh orang yang dapat
menyelesaikan tugas. Instruktur harus bekerja ekstra keras untuk memotivasi dan
membimbing peserta dalam melakukan penugasan, hampir setiap hari memberikan motivasi
agar peserta tetap semangat melaksanakan penugasan ditengah kesibukan dan kendala yang mereka hadapi.
Namun
ada rasa bangga yang dirasakan oleh penulis ketika membimbing peserta yang
sampai selesai mengerjakan tugas dengan berbagai hambatan, mereka dengan gigih terus mencoba
walau gangguan tetap terjadi. Peserta yang tempat domisilinya terkendala dengan
sinyal seluler harus berupaya mencari waktu yang tepat agar jaringan bagus, sampai-sampai
harus melakukan penugasan tengah malam. Ibu-ibu yang memiliki anak kecil, harus
berebut waktu dengan mereka yang ingin diperhatikan, belum lagi harus
menyiapkan takjil karena VCT Batch 6 ini pelaksanaannya di bulan Ramadhan, dan ketika adzan magrib berkumandang masih melaksanakan penugasan.
Sungguh
perjuangan yang luar biasa, apalagi jika
pengetahuan
TIK masih terbatas, namun dengan semangat yang tinggi mereka bahu-membahu
saling bantu antar satu dengan yang lainnya hingga tugas pun selesai dilaksanakan
dan dapat memenuhu kantong tugas yang disediakan oleh panitia. Namun bagi peserta mendapatkan ilmu
pengetahuan itu lebih penting dibanding mendapatkan selembar sertifikat sebagai
bukti keikutsertaan.
Seluruh
peserta yang penulis bimbing berlatar belakang guru, dengan sukarela mereka
menyediakan waktu, pikiran, tenaga dan bahkan biaya sendiri untuk membeli quota
agar dapat menyelesaikan tugas VCT ini. Bagi mereka pengorbanan yang sangat
berat tersebut tidak masalah disaat situasi darurat dan sulit seperti ini
asalkan mereka mendapatkan ilmu untuk meningkatkan kompetensinya.
Lihat juga: Mahadata Telur Covid-19
Kalau
ada orang nyinyir terhadap profesi guru yang dianggap gaftek, bagi peserta itu tidak berlaku, karena mereka tahu
bahwa manusia itu harus menjadi pemelajar, kehidupan yang dinamis harus
diimbangi dengan upaya positif dalam meningkatkan ilmu pengetahuan. Stigma guru makan gaji buta dimasa pandemi
covid-19 kenyataannya terbalik dengan apa yang mereka lakukan, siang malam mereka
bekerja dengan berbagai keterbatasan demi kemajuan diri yang akan menyokong
kemajuan bangsa melalui dunia pendidikan.
Tak
bisa dipungkiri tidak semua guru memilki semangat yang sama dengan mereka,
namun setidaknya upaya mereka bisa menularkan energi positif bagi guru-guru
lainnya agar mau meningkatkan kompetensi. Semangat yang membara dari para peserta ini juga semestinya didukung
sepenuhnya oleh instansi terkait dengan memberikan dukungan baik moril atau
bahkan materil.
VCT
adalah pelatihan berbasis kesadaran, peserta dengan sukarela mengikuti tahapan
kegiatan, pemerintah tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi untuk mengakomodir
kebutuhan yang diperlukan oleh peserta pelatihan.
Selama ini ada bentuk pelatihan yang dilakukan oleh intansi-intansi pemerintah
dengan biaya yang jumlahnya tidak sedikit, karena menggunakan fasilitas yang menyenangkan
yang terkadang outputnya kurang memberikan imbas positif terhadap kemajuan yang
ingin dicapai.
Pendidikan
adalah proses perubahan tingkah laku, outputnya tidak akan menampakan hasil
dalam jangka waktu yang singkat, namun upaya harus terus likakukan agar
terbentuk suatu budaya baik yang berimbas terhadap kemajuan bangsa. Dalam
melakukan proses pasti ditemukan kekurangan dan ini tidak hanya terjadi dalam dunia
pendidikan saja, yang paling penting adalah bagaimana kita memperbaiki diri,
dan belajar dari kesalahan tanpa menghakimi orang lain.
Itulah
secercah cahaya yang penulis dapatkan setelah mengikuti VCT, energi positifnya
harus tetap dipelihara dan disebarkan. Tak ada manusia yang sempurna, karena
kesempurnaan hanya milik Aloh swt., jangan berhenti berbuat baik karena Aloh swt.
sangat tahu apa yang kita butuhkan, sejatinya tugas manusia di dunia ini adalah
hanya untuk beribadah (QS. 51:56).
Tulisan ini pertama di muat di beritadisdik.com melalui link: http://beritadisdik.com/news/unggul/angin-segar-vct-batch-6-di-tengah-pandemi-covid-19-
*Penulis juga aktif sebagai pegiat Literasi Madrasah dan saat ini mengelola sebuah komunitas yang bernama KALIMAH (Komunitas Aktivis Literasi Madrasah). Website KALIMAH bisa dikunjungi melalui https://kalimahtasikmalaya.blogspot.com/
*Selain itu penulis juga tercatat sebagai anggota PERGUMAPI (Perkumpulan Guru Madrasah Penulis). Website PERGUMAPI bisa dikunjungi melalui http://www.pergumapi.or.id
*Penulis juga aktif di komunitas Gumeulis (Guru Menulis) Tasikmalaya
0 Response to "ANGIN SEGAR VCT BATCH 6 DITENGAH PANDEMI COVID-19"
Post a Comment