MAHADATA TELUR COVID-19
Mahadata Telur Covid-19
Oleh: Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.*
Kebijakan
pemerintah melakukan social dan physical distancing guna memutus rantai
penyebaran covid-19 memaksa manusia untuk menyelesaikan sebagian aktifitasnya
secara daring, hampir semua aktifitas dilakukan dengan menggunakan bantuan Teknologi
Informasi dan komunikasi (TIK) dalam hal ini internet. Tak ada pilihan lain
karena kemudahan dan keefektifan penggunaannya tanpa harus berinteraksi secara
langsung dengan orang lain ditengah covid-19 yang sedang mewabah.
Penggunaan
internet sebagai media tanpa batas ruang dan waktu memudahkan manusia
berinteraksi untuk memenuhi kebutuhannya kapan saja, di mana saja dan dengan siapa
saja. Intensitas yang tinggi dalam penggunaan
gawai, menyebabkan tak terbendungnya data yang masuk ke dalam memori, entah itu
data yang dibutuhkan atau data yang tidak dibutuhkan bahkan tidak bermanfaat.
Bagi
yang tidak biasa menggunakan TIK dalam kehidupan sehari-harinya, mungkin mereka
akan merasa shok dengan pertambahan dan cepatnya data yang mereka terima. Perlu
kesiapan dalam menangani dan mengolah data yang jumlahnya tak wajar agar tidak
menjadi beban mental dan beban perangkat yang digunakan sehingga tidak terjadi
eror yang menyebabkan masalah baru dalam kehidupan manusia.
Mahadata, lebih dikenal
dengan istilah bahasa Inggris bigdata, adalah istilah umum untuk segala himpunan data (data
set) dalam jumlah yang sangat besar, rumit dan tak terstruktur sehingga
menjadikannya sukar ditangani apabila hanya menggunakan perkakas
manajemen basis
data biasa atau aplikasi pemroses
data tradisional belaka. (Wikipedia)
Mahadata atau bigdata disebabkan oleh cepatnya pertumbuhan dan pertambahan data,
dalam istilah matematika di sebut pertumbuhan eksponensial/perpangkatan. Untuk
sebuah perusahaan, mahadata atau bigdata mungkin bisa menjadi aset yang berharga bagi pengembangan korporasinya,
sehingga mereka menyiapkan perangkat khusus pengolah data tersebut untuk dimanfaatkan
bagi pemenuhan kepentingannya, bahkan saat
ini tersedia perangkat lunak atau software khusus untuk mengolah data seperti Gephi, Python, Netlytics, NiFi, dan Tableau.
Bigdata ditengah pandemi
covid-19 seperti saat ini sebetulnya juga bisa bermanfaat membantu pemerintah
dalam menerapkan kebijakan social
dan physical distancing. Dengan
menggunakan gawai pemiliknya, pemerintah dapat memantau pergerakan penduduknya
ketika akan berinteraksi setelah mereka mengisi berbagai pertanyaan melalui
aplikasi yang dibuat terkait dengan kondisi kesehatannya.
Hal
ini ternyata efektif untuk memutus wabah covid-19 seperti yang dilakukan di
kota Wuhan provinsi Hubei Tiongkok saat kebijakan lockdown dilakukan. Pemerintah
dapat mengontrol pergerakan penduduknya melalui gawai yang mereka miliki dan
dengan mudah mencegah orang yang disinyalir terpapar covid-19 untuk melakukan interaksi
dengan orang lain. Informasi kesehatan yang diberikan oleh setiap penduduknya secara
jujur akan terlihat dari warna layar ponsel yang mereka bawa.
Walaupun
banyak mendapat protes dari beberapa negara karena terlalu dalam ikut campur
urusan pribadi penduduknya sehingga mengganggu kebebasan mereka, namun
belakangan beberapa negara yang memiliki kasus tinggi terkena wabah covid-19
meniru cara yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok karena ternyata sangat
efektif memutus rantai penyebaran virus corona.
Bigdata
yang diolah untuk kepentingan bersama sangat baik dampaknya dirasakan oleh
masyarakat. Namun semestinya pemerintah juga bertanggung jawab ikut melindungi
data pribadi penduduknya agar tidak dimanfaatkan oknum tertentu untuk
mendapatkan keuntungan secara pribadi atau golongan, dan yang paling berbahaya
adalah apabila data-data tersebut digunakan untuk melakukan tindakan kejahatan.
Bagi pengguna teknologi secara
individu, mahadata/bigdata bisa juga diterima dengan deras walau
volumenya tidak sebanyak korporasi atau organisasi. Data yang diterima menjadi
peluang bagi sesorang untuk mendapatkan keuntungan secara cepat sehingga memicu
persaingan yang ketat antar individu. Pentingnya informasi saat ini menjadikan
seseorang yang menguasainya akan menjadi pemenang dalam persaingan tersebut.
Namun tak dapat dipungkiri juga bahwa kebayakan kita sebagai individu
sering kali menerima data yang begitu banyak, namun tidak memberikan manfaat atau
keuntungan. Hal ini tidak bisa lepas dari rendahnya literasi teknologi, mereka
sepertinya masih banyak yang latah dalam menggunakan perangkat teknologi,
sehingga belum bisa menyaring informasi yang semestinya mereka berikan atau dapatkan
melalui perangkat tersebut.
Setiap hari kita sering menerima informasi yang kadang tidak kita
butuhkan, namun memaksa masuk ke gawai kita, bahkan informasi tersebut hanya
akan menjadi sampah yang memenuhi ruang memori gawai kita. Informasi yang
bermanfaat mungkin jumlahnya lebih sedikit dan bahkan tidak sampai kepada kita karena
sudah tersalip informasi baru yang masuk sebelum informasi penting itu kita
terima.
Dalam menggunakan perangkat TIK tersebut, semestinya kita saat ini
harus sudah berfikir untuk menggunakannya pada hal-hal yang positif, kita harus
sadar bahwa perilaku latah kita itu justru merugikan kita sendiri dan
memberikan keuntungan dengan mudah kepada orang atau korporasi tertentu padahal
bagi kita sama sekali tidak bermanfaat, bahkan kadang-kadang merugikan. Kita
harus bisa memilih dan memilah informasi apa yang mesti kita bagi ke orang
lain, jangan sampai berita yang tidak penting dan bahkan menimbulkan potensi
konflik kita sebar begitu saja.
Tanpa kita sadari biaya yang kita keluarkan untuk menyebar informasi
yang tak berguna tersebut tersedot dengan mudahnya, hal ini terjadi karena
biaya yang diambil sedikit demi sedikit namun dalam intensitas yang banyak sehingga
kalau dikalikan akan menghasilkan jumlah yang pantastis, kita baru sadar
setelah quota yang kita miliki berkurang secara cepat dan dengan terpaksa kita
harus mengeluarkan biaya kembali untuk hal-hal yang tidak begitu berguna.
Melakukan suatu secara berlebihan apalagi tidak memberikan mafaat
merupakan perbuatan yang sangat dibenci oleh Alloh swt, karena itu mencontoh
perbuatan syetan yang selalu mengajak pada keburukan. Sebagaimana firman Alloh
dalam al-Quran yang artinya: "Dan
berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya."
(QS. Al-Isra: 26-27)
Semestinya kita bisa menghindari untuk melakukan
hal-hal yang tidak bermanfaat, sangat disayangkan energi yang kita keluarkan
bahkan dengan biaya sendiri kita hambur-hamburkan. Dan seandinya kita menemukan
hal-hal yang tidak berguna maka kita patut untuk mengabaikannya sebagaimana
firman Alloh dalam Al-Quran yang artinya: “Dan apabila mereka
bersua dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang
tidak berguna, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya”. (QS.
Al-Furqan: 72)
Semoga
kita semua bisa menjaga kehormatan diri dengan tidak ikut-kutan melakukan
perbuatan yang tidak berguna walaupun itu mudah kita lakukan demi menjaga
kesucian diri dari perbuatan-perbuatan yang sangat dibenci oleh Alloh swt. Amin
Tulisan ini pertama di muat di beritadisdik.com melalui link: http://beritadisdik.com/news/cerdas/maha-data-telur-covid-19-
*Penulis adalah guru di MTs Cijangkar Ciawi Tasikmalaya.
*Penulis juga aktif sebagai pegiat Literasi Madrasah dan saat ini mengelola sebuah komunitas yang bernama KALIMAH (Komunitas Aktivis Literasi Madrasah). Website KALIMAH bisa dikunjungi melalui https://kalimahtasikmalaya.blogspot.com/
*Selain itu penulis juga tercatat sebagai anggota PERGUMAPI (Perkumpulan Guru Madrasah Penulis). Website PERGUMAPI bisa dikunjungi melalui http://www.pergumapi.or.id
*Penulis juga aktif di komunitas Gumeulis (Guru Menulis) Tasikmalaya
0 Response to "MAHADATA TELUR COVID-19"
Post a Comment