DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN
Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Dunia Pendidikan
Oleh: Agus Nana Nuryana, M.M.Pd.*
Saat ini dunia dikejutkan dengan mewabahnya suatu penyakit yang disebabkan oleh sebuah virus yang bernama corona atau dikenal dengan istilah covid-19 (Corona Virus diseases-19). Virus yang disinyalir mulai mewabah 31 Desember 2019 di kota Wuhan Propinsi Hubei Tiongkok, saat ini menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat, sehingga WHO tanggal 11 Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global.
Ratusan ribu manusia terpapar virus ini di seluruh dunia, bahkan puluhan ribu menjadi korban meninggal. Tercatat negara-negara yang memiliki kasus tinggi terpapar covid-19 saat ini adalah Italia, Tiongkok, Spanyol, Amerika Serikat, dan Iran dengan tingkat kematian mencapai ribuan orang. Penularan yang sangat cepat dan sulitnya mendeteksi orang yang terpapar karena masa inkubinasi covid-19 kurang lebih dua minggu menjadi penyebab banyaknya korban berjatuhan.
Penularan lewat kontak antar manusia yang sulit diprediksi karena kegiatan sosial yang tidak bisa dihindari merupakan penyebab terbesar menyebarnya covid-19 ini. Obat penawar yang belum bisa ditemukan dan membludaknya jumlah pasien terpapar covid-19 menjadi penyebab kematian yang paling tinggi. Rumah sakit dan paramedis yang menagani merasa kewalahan sehingga banyak pasien yang tidak tertangani dengan baik. Sulitnya Alat Pelindung Diri (APD) bagi paramedis menjadi penyebab pasien berjatuhan termasuk dokter dan paramedis lainnya yang juga terpapar covid-19 sehingga akhirnya meninggal.
Lihat juga: Corona Membawa Bahagia
Rumitnya penanganan wabah ini membuat para pemimpin dunia menerapkan kebijakan yang super ketat untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. Social distancing menjadi pilihan berat bagi setiap negara dalam menerapkan kebijakan untuk pencegahan penyebaran covid-19, karena kebijakan ini berdampak negatif terhadap segala aspek kehidupan. Pembatasan interaksi sosial masyarakat dapat menghambat laju pertumbuhan dan kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, namun tidak ada pilihan lain, karena cara ini adalah yang paling efektif.
Kebijakan social distancing berakibat fatal terhadap roda kehidupan manusia, masalah ekonomi yang paling terasa dampaknya, karena hal ini menyentuh berbagai lapisan masyarakat, tersendatnya laju ekonomi mengakibatkan tertutupnya kebutuhan primer manusia untuk memenuhinya, karena negara akan sangat terbebani kalau harus menanggung segala kebutuhan pokok setiap penduduknya.
Tak terkecuali bidang pendidikan ikut juga terdampak kebijakan ini. Keputusan pemerintah yang mendadak dengan meliburkan atau memindahkan proses pembelajaran dari sekolah/madrasah menjadi di rumah, membuat kelimpungan banyak pihak. Ketidaksiapan stakeholder sekolah/madrasah melaksanakan pembelajaran daring menjadi faktor utama kekacauan ini, walaupun sebenarnya pemerintah memberikan alternatif solusi dalam memberikan penilaian terhadap siswa sebagai syarat kenaikan atau kelulusan dari lembaga pendidikan disaat situasi darurat seperti saat ini.
Lihat juga: Rumah Belajar Solusi Pembelajaran Daring
Peralihan cara pembelajaran ini memaksa berbagai pihak untuk mengikuti alur yang sekiranya bisa ditempuh agar pembelajaran dapat berlangsung, dan yang menjadi pilihan adalah dengan pemanfaatan teknologi sebagai media pembelajaran daring. Penggunaan teknologi ini juga sebenarnya bukan tanpa masalah, banyak faktor yang menghambat terlaksananya efektifitas pembelajaran daring ini antara lain:
1. Penguasaan teknologi yang masih rendah
Harus diakui bahwa tidak semua guru melek teknologi terutama guru generasi X (lahir tahun 1980 ke bawah) yang pada masa mereka penggunaan teknologi belum begitu masif. Sebenarnya mereka bukan tidak bisa kalau mau belajar, pasti mampu karena prinsipnya guru adalah manusia pemelajar yang harus selalu siap menghadapi perubahan zaman sekaligus mengikuti perkembangannya.
Keadaan hampir sama juga di alami oleh para siswa, tidak semua sudah terbiasa menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-harinya. Di sekolah pun mereka harus rebutan dalam menggunakan perangkat teknologi pendukung pembelajaran karena keterbatasan sarana yang dimiliki oleh sekolah/madrasah bahkan mungkin mereka tidak dikenalkan teknologi dalam pembelajaran.
2. Keterbatasan sarana dan prasarana
Kepemilikan perangkat pendukung teknologi juga menjadi masalah tersendiri. Bukan rahasia umum bahwa kesejahteran guru masih sangat rendah, jadi jangankan untuk memenuhi hal-hal tersebut, untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya saja masih banyak guru yang kesulitan.
Hal yang sama pun terjadi pada siswa, karena tidak semua orangtua mereka mampu memberikan fasilitas teknologi kepada anak-anaknya. Bahkan kalau pun mereka punya fasilitas namun tidak digunakan untuk media pendukung pembelajaran, karena ketidaktahuan orang tua dalam membimbing anaknya untuk pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.
Lihat juga: Menjadi Guru 'Go Blog' Adalah Keniscayaan
3. Jaringan internet
Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari penggunaan jaringan internet. Tidak semua sekolah/madrasah sudah terkoneksi ke internet sehingga guru-gurunya pun dalam keseharian belum terbiasa dalam memanfaatkannya. Kalaupun ada yang menggunakan jaringan seluler
terkadang jaringan yang tidak stabil karena letak geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler.
4. Biaya
Jaringan internet yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran daring menjadi masalah tersendiri bagi guru dan siswa. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi melonjak dan banyak diantara guru juga orang tua siswa yang tidak siap untuk menambah anggaran dalam menyediakan jaringan internet.
Metode pembelajaran daring ini sebenarnya sudah bukan barang baru, sebab di beberapa negara terutama di negara maju kegiatan ini sudah terbiasa. Proses pembelajaran di perguruan tinggi apalagi, tidak hanya di luar negeri namun di Indonesia juga sudah terbiasa dilaksanakan, namun untuk pembelajaran pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah belum begitu populer sehingga diperlukan persiapan yang sungguh-sungguh agar bisa berjalan dengan baik.
Perkembangan zaman akan menuntut perubahan peradaban, dan hal ini akan berdampak pada cara atau metode pembelajaran yang sudah biasa dilakukan. Pada zaman yang serba teknologi seperti saat ini, tidak menutup kemungkinan Proses Belajar Mengajar (PBM) selanjutnya akan dilaksanakan secara daring, mengingat efektifitas dalam kegatan transfer ilmu pengetahuan yang sangat baik, cepat, mudah dan murah.
Perubahan peradaban dan metode ini menuntut stakeholder pendidikan untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti perkemabangan zaman seperti saat ini. Tak ada seorangpun yang dapat membantah ataupun menolak pesatnya perkembangan teknologi ini, bahkan kalau ada yang menolaknya, maka siap-siap saja akan tertinggal, bahkan akan terlindas oleh orang lain.
Teknologi ibarat dua mata pisau yang masing-masing memiliki peran yang sama besarnya, yaitu sisi positif dan negatif yang memberikan pengaruh terhadap perubahan peradaban manusia. Seluruh aspek kehidupan saat ini tidak bisa lepas dari teknologi, oleh karena itu literasi teknologi sangat penting bagi masyarakat, agar penggunaan teknologi betul-betul bermanfaat tanpa merugikan dan juga berdampak negatif terhadap tatanan kehidupan.
Khusus dalam bidang pendidikan, literasi teknologi ini perlu dipelajari oleh seluruh stakeholder pendidikan, terutama dalam pemanfaatannya sebagai media pembelajaran daring yang saat ini sedang dilakukan. Adapun hal-hal yang perlu dipahami dan disadari oleh stakeholder pendidikan antara lain:
1. Orang tua
Pendidikan anak sejatinya adalah tanggung jawab mutlak orang tua, sebab diakhirat nanti pun orang tua akan dipinta pertanggungjawaban atas anak mereka masing-masing. Kegiatan PBM yang dilaksanakan secara daring memaksa orang tua untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar anak-anaknya, banyak pengalaman yang mereka rasakan ketika harus mendampingi.
Ramai diberbagai media sosial yang menceritakan pengalaman mereka selama mendampingi anak-anaknya belajar baik positif maupun negatif. Seperti misalnya ternyata ada orang tua yang sering marah karena mendapatkan anaknya yang sulit diatur sehingga mereka tidak tahan dan menginginkan anak mereka belajar kembali di sekolah.
Kejadian ini memberikan kesadaran kepada orang tua bahwa mendidik anak itu ternyata tidak tidak mudah, diperlukan ilmu dan kesabaran yang sangat besar. Sehingga dengan kejadian ini orang tua harus menyadari dan mengetahui bagaimana cara membimbing anak-anak mereka dalam belajar, diharapkan setelah mendapatkan pengalaman ini para orang tua mau belajar bagaimana cara mendidik anak-anak mereka di rumah.
Rumah merupakan tempat pertama dan utama dalam mendidik anak, oleh karena itu dengan dilaksanakannya pembelajaran daring ini waktu anak-anak akan lebih banyak di rumah dan mereka perlu bimbingan dari para orangtuanya. Fungsi rumah saat ini menjadi bertambah yaitu sebagai sekolah, orang tua harus belajar bagaimana mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada anak, sebab fungsi guru atau sekolah hanya sebagai fasilitator.
2. Guru
Pembelajaran daring harus menjadi penyadaran bagi guru bahwa peran mereka saat ini sebagai guru yang hanya mentransfer pengetahuan suatu saat akan tergantikan oleh guru yang lebih canggih yaitu guru mesin. Media untuk mendapatkan ilmu pengetahuan saat ini sudah sangat banyak, tidak tergantung pada guru saja yang bahkan masih banyak keterbatasan.
Saat ini banyak media yang bisa berperan sebagai guru, bahkan ada istilah guru manusia dan guru mesin. Teknologi bisa berperan sebagai guru, nah guru ini yang disebut guru mesin, ilmu pengetahuan yang sangat banyak bisa dipelajari dengan menggunakan mesin, sebut saja media itu adalah internet. Dengan menggunakan internet manusia bisa mengetahui sesuatu yang diinginkannya dengan cepat tanpa terbatas ruang dan waktu.
Guru yang hanya memposisikan diri sebagai pentransfer ilmu pengetahuan sudah memiliki saingan yang super canggih, yang mungkin suatu saat nanti akan menggantikan peran guru manusia. Guru mesin memiliki kelebihan yang jauh lebih efektif dibanding manusia dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Nah, sekarang bagaimana agar guru mesin tidak bisa menggantikan guru manusia?
Mesin secanggih apapun tetap memiliki kelemahan, karena mesin merupakan buatan manusia, oleh karena itu agar manusia tidak tergantung pada mesin, maka manusia harus mampu menguasai mesin. Mesin disini bisa kita artikan sebagai teknologi, guru sangat penting untuk menguasai teknologi, karena pada hakikatnya guru manusia tidak bisa diganti oleh guru mesin.
Kelemahan guru mesin adalah karena pada mesin tidak memiliki unsur rasa, bahasa dan karakter. Peran ini harus diambil oleh guru manusia untuk mengimbangi peran guru mesin yang hanya bisa transfer pengetahuan tanpa ada filter, sebab mesin tidak mengetahui nilai baik dan buruk. Sampai kapanpun selagi manusia ada maka guru manusia tidak akan tergantikan perannya oleh mesin, sebab kalau semuanya sudah digantikan oleh mesin maka kehancuran dunia tidak bisa dibantah lagi.
3. Sekolah
Sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan harus bersiap-siap mengantisifasi perubahan peradaban manusia ini. Perubahan tingkah laku manusia yang cenderung tidak bisa lepas dari teknologi dalam segala aktifitasnya harus juga diikuti oleh sekolah/madrasah.
Dampak pandemi covid-19 memberikan pengalaman berharga, betapa peran sekolah/madrasah yang selama ini sebagai sentral pendidikan seolah tidak berarti. Program-program pendidikan yang dilaksanakan di sekolah/madrasah yang dulu dianggap sangat penting karena berpengaruh terhadap kualitas pendidikan kini seolah tak berarti. Pemerintah membatalkan Ujian Nasional (UN), Ujian sekolah berstandar Nasional (UASBN), melarang kegiatan-kegiatan yang mengumpulkan orang banyak dan program penting lainnya yang sudah bisa dilakukan di sekolah/madrasah.
Kegiatan-kegiatan tersebut kini diganti dengan aktifitas yang harus dilakukan secara daring, walaupun saat ini pemerintah tidak mewajibkan semua program sekolah/madrasah bisa dilaksanakan dengan cara daring karena situasi saat ini dalam keadaan darurat. Namun saya meyakini bahwa kegiatan daring saat ini bisa jjadi menjadi proses awal perubahan paradigma tentang pelaksanaan PBM dalam pendidikan dari mulai pra sekolah sampai pendidikan tinggi.
Oleh karena itu, kalau sekolah/madrasah tidak ingin tersingkirkan oleh perubahan ini, maka mau tidak mau harus mengikuti perubahan ini. Sekolah/madrasah harus mulai memikirkan sarana dan prasarana penunjang untuk pembelajaran daring, melatih para guru agar menguasai teknologi pendukung pembelajaran daring serta sosialisasi kepada siswa dan orang tua tentang perubahan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Suatu saat mungkin saja bangunan-bangunan megah sekolah/madrasah yang awalnya ramai dengan hiruk pikuk kegiatan guru dan siswa, hanya tinggal kenangan dan menjadi tempat sepi yang bisa jadi akan berubah fungsi karena tidak digunakan kembali untuk kegiatan pembelajaran. Manusia saat itu belajar tidak perlu datang ke sekolah, cukup diam di rumah, mainkan komputer, laptop atau gadget untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran, guru cukup menjadi pembimbing dan fasilitator dari jarak jauh yang aktifitasnya sama seperti siswa yaitu cukup memainkan gawai yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran daring.
Situasi saat ini merupakan tantangan bagi dunia pendidikan, mengubah manajemen pengelolaan pendidikan sangat diperlukan untuk mengimbangi perubahan yang sangat cepat. Metode pembelajaran manual dan konvensional saat ini mulai tergantikan dengan sistem digital daring yang tanpa dibatasi ruang dan waktu. Peran sekolah/madrasah saat ini lebih dinamis, bukan lagi sekedar tempat berkumpul guru dan siswa yang akan melaksanakan PBM.
4. Pemerintah
Peran pemerintah sangat penting dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan sistem pendidikan nasional. Semua lembaga pendidikan harus taat dan patuh terhadap aturan yang ditetapkanya, sebab pendidikan nasional memiliki tujuan yang sama dalam upaya membangun bangsa. Dalam situasi darurat seperti saat ini karena pandemic covid-19, pemerintah dengan cepat mengeluarkan kebijakan mengenai pelaksanaan pembelajaran daring yang harus dilakukan oleh setiap lembaga pendidikan, walaupun aturannya belum mengikat.
Dalam situasi yang lain, kebijakan ini mungkin saja akan dilanjutkan dengan sudut pandang yang lain. Kemajuan teknologi yang memungkinkan untuk pelaksanaan pembelajaran daring, juga melihat budaya masyarakat yang sudah melek teknologi, tidak mustahil kebijakan ini akan berlanjut dan menjadi ketetapan yang dibuat oleh pemerintah untuk dilaksanakan. Dan saya lagi-lagi menyakini bahwa metode ini akan menjadi cara yang biasa dilakukan dalam PBM di masa yang akan datang.
Pemerintah pasti sudah menyiapkan aturan untuk menetapkan kebijakan ini, sebab memperhatikan masyarakat global yang tidak bisa lepas dari teknologi/internet saat ini. Indonesia mau tidak mau harus mengikuti trend yang sedang berjalan kalau tidak mau tertinggal oleh negara-negara lain. Setelah menetapkan kebijakan ini pemerintah juga seharusnya memperhatikan perangkat pendukung agar masyarakat bisa mengikuti kebijakan ini dengan baik tanpa ekses negatif dan membuat permasalahan baru, sebab keberagaman kemampuan ekonomi, sosial, geografi dan lain sebagainya yang ada di Indonesia.
Setiap perubahan peradaban pasti akan memberikan akibat positif dan negatif, namun semua orang harus bisa mengikuti perubahan tersebut yang tentunya dibatasi dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa interaksi dengan orang lain baik lokal maupun global.
Lihat juga: Pengabdian Tanpa Batas Seorang Guru
Bergesernya perilaku manusia dari manual ke digital seperti yang terjadi saat ini dari segi positifnya adalah dapat mempermudah menyelesaikan urusan manusia. Pekerjaaan bisa dilakukan tanpa memerlukan waktu lama, biaya yang bisa ditekan dan tempat yang tidak terbatas. Saat ini manusia bisa mencukupi kebutuhan mereka ketika berada di dalam rumah, termasuk pendidikan yang dapat mereka akses kapan pun waktu yang mereka inginkan, tidak terbatas seperti ketika ada di sekolah/madrasah.
Namun perubahan perilaku ini juga bukan tanpa dampak negatif. Salah satunya adalah nilai sosial antar sesama manusia menjadi berkurang karena jarangnya interaksi secara langsung diantara mereka. Sifat individualistis pasti akan sangat kental di zaman digital seperti saat ini, rasa empati dan simpati antar sesama akan melemah dan semua hal akan lebih banyak diukur dengan materi. Namun ini semua adalah mungkin cara Tuhan dalam menjalankan roda kehidupan di dunia ini, semoga kita bisa semakin baik menjalani kehidupan di akhir zaman ini. Amin
Tulisan ini pertama di muat di https://kabar-priangan.com/dampak-pandemi-covid-19-terhadap-dunia-pendidikan/
*Guru di MTs Cijangkar Ciawi,
*Penulis juga aktif sebagai pegiat Literasi Madrasah dan saat ini
mengelola sebuah komunitas yang bernama KALIMAH (Komunitas Aktivis Literasi
Madrasah). Website KALIMAH bisa dikunjungi melalui https://kalimahtasikmalaya.blogspot.com/
*Selain itu penulis juga tercatat sebagai anggota PERGUMAPI
(Perkumpulan Guru Madrasah Penulis). Website PERGUMAPI bisa dikunjungi melalui http://www.pergumapi.or.id
*Penulis juga aktif di komunitas Gumeulis (Guru Menulis)
Tasikmalaya
0 Response to "DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN"
Post a Comment